SINARJAMBI.COM – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mendorong peningkatan beasiswa atlet sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan olahraga di Tanah Air. Untuk mencapai target prestasi jangka panjang, tentu saja diperlukan pendidikan olahraga yang memadai untuk atlet, utamanya akan menjadi calon pelatih di masa depan.
“Selain itu, atlet telah menghabiskan banyak waktu untuk berlatih, sudah seyogyanya kita berikan beasiswa sebagai bentuk apresiasi negara terhadap pengabdian mereka,” kata Hetifah dalam Rapat Kerja Komisi X DPR RI dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali beserta jajarannya terkait Revisi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (23/3/2021).
Disampaikan Hetifah, beasiswa untuk atlet menjadi solusi jangka panjang bagi kebutuhan sport science dan kurikulum atlet. “Dengan banyaknya lulusan pendidikan olahraga, SDM Indonesia yang memahami sport science seperti fisiologi, teknik dan nutrisi atlet juga akan meningkat. Mereka juga memiliki keilmuan yang mumpuni dalam menyusun kurikulum terkini bagi atlet. Saya rasa beasiswa atlet menjawab berbagai persoalan olahraga Indonesia,” tambahnya.
Pada kesempatan itu, politisi Partai Golkar itu juga mengingatkan pentingnya serapan tenaga keolahragaan melalui sistem rekrutmen yang memadai, karena sejauh ini Indonesia sudah memiliki cukup banyak lulusan pendidikan olahraga baik di universitas dalam negeri maupun luar negeri.
“Sayangnya, banyak dari mereka tak terserap menjadi pelatih. Karena itu, saya harap Desain Besar Olahraga dan juga RUU Sistem Keolahragaan Nasional dapat memperhatikan serapan tenaga pelatih olahraga. Karena tanpa adanya pelatih berkualitas, prestasi olahraga nasional juga akan sulit berkembang,” jelas legislator dapil Kalimantan Timur itu.
Sebelumnya, Menpora RI Zainudin Amali memaparkan 13 permasalahan yang dihadapi dunia olahraga nasional dan target hingga 2045. Di antara permasalahan yang dihadapi olahraga Indonesia adalah tenaga keolahragaan yang belum memenuhi secara kuantitas dan kualitas.
“Belum dijadikannya sport science sebagai faktor utama pendukung prestasi olahraga, dan belum adanya kurikulum atlet. Sedangkan target puncak hingga 2045 adalah masuk lima besar baik Olimpiade maupun Paralimpiade 2044,” ungkapnya. (rnm/sf)
Discussion about this post