SINARJAMBI.COM – Modus penipuan berkedok investasi menyasar siapapun tanpa pandang strata pendidikan. Mulai dari kalangan pejabat sampai warga berpendidikan rendah menjadi korban pelaku penipuan. Masyarakat pun diminta lebih waspada dengan penawaran apapun berbentuk investasi. Terlebih yang menawarkan keuntungan fantastis.
Warga diminta cerdas jika ditawarkan investasi. Caranya pun tak begitu sulit. Cukup terapkan prinsip 2L yakni Legal dan Logis. Legal yakni terkait keabsahan perusahaan investasi yang telah berizin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Logis dalam artian keuntungan yang ditawarkan harus masuk akal.
Pasalnya, banyak investasi yang mengiming-imingi keuntungan sampai 10 persen per bulan. Sementara, bunga bank saja tak berani sebesar itu. Peringatan itu disampaikan Inarno Djajadi selaku kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK di acara ‘Sosialisasi Perempuan Jambi Cerdas Berinvestasi di Pasar Modal’.
Sosialisasi berlangsung di aula kantor Gubernur Jambi, Jumat (17/5/2024) siang diikuti kalangan emak-emak dari BKOW, Dharma Wanita, Bank Jambi, Bulog, Persit, PKK serta beberapa komunitas perempuan di Jambi. Tampak hadir Wakil Gubernur Jambi Abdullah Sani dan Bambang Mukti Riyadi selaku Deputi Komisioner Hubungan Internasional, APU-PPT dan Daerah OJK dan Kepala OJK Provinsi Jambi, Yudha Nugraha Kurata.
“Akhir-akhir ini penipuan berupa investasi itu cukup marak ya, terutama di daerah-daerah. Modusnya bermacam-macam, mulai dari penggandaan uang, money game, bonus tinggi dari penjualan produk hingga penipuan investasi yang mengaku telah berizin OJK.
“Sejumlah pengaduan yang masuk OJK korbannya tidak hanya dari kalangan menengah ke bawah, tapi juga mahasiswa, pejabat. Orang orang yang terdidik dan memiliki akses informasi yang sangat baik itu adalah sebagai korban penipuan investasi,” jelas Inarno Djajadi.
Dirinya pun mengungkapkan data mencengangkan terkait nilai kerugian dari tipu-tipu investasi bodong tersebut. Tak hanya miliaran, tapi sampai ratusan triliun. Kerugian itu hanya dalam rentang 6 tahun saja.
“Akibat penipuan investasi sepanjang 2018 sampai 2023 itu tidak kecil, yaitu mencapai Rp 139 triliun. Jadi bisa dibayangkan ya kerugian yang begitu besarnya. Satu persamaan yang melatarbelakangi semua kejadian penipuan investasi ini.”
“Tentunya yang pertama yaitu keinginan para korban untuk mendapatkan uang dan keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat dan dengan upaya seminimal mungkin. Jadi, pak Bambang Mukti telah mengingatkan jangan pernah percaya apabila tingkat bunga yang 12% 1 bulan misalnya, itu enggak mungkin. Enggak mungkin ada,” jelas Inarno Djajadi.
Ditambah lagi, kata Inarno, para korban rata-rata tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai produk investasi yang ditawarkan. Untuk itulah pihaknya bersyukur sekali dengan antusiasme daripada ibu-ibu yang hadir.
Bahwasanya peran seorang perempuan dalam suatu keluarga, baik sebagai istri maupun seorang ibu adalah sangat penting dalam hal untuk menjaga aset dan mengelola keuangan keluarga. Inilah pentingnya sosialisasi yang diadakan OJK kepada kalangan perempuan Jambi.
“Ingat bahwasanya wanita itu diciptakan istimewa. Tetap tegar meski harus menyerah, tetap sabar meski ingin mengeluh, tetap kuat meski hampir terjatuh. Dengan mengikuti kegiatan sosialisasi pada siang hari atau sore hari ini, kami berharap ibu-ibu dan para hadirin sekalian dapat menjadi, dapat memiliki pemahaman yang benar.”
“Dan pada akhirnya mampu menjadi duta literasi bagi keluarga, yang terus mengingatkan kerabat dan saudara-saudaranya untuk jangan mudah tergiur dengan segala iming-iming, dengan segala bentuk penawaran investasi. Ingat selalu semboyan 2L yaitu legal dan logis. Ini yang paling penting ya 2L legal dan logis.”
“Legal memiliki legalitas dari sisi produknya telah berizin OJK dan juga logis dari sisi imbal hasilnya. Jangan pernah percaya kalau diberikan imbal hasil yang tidak masuk akal, jangan pernah percaya,” tegas Inarno.
Namun demikian, Inarno Djajadi menyadari belum maksimalnya upaya literasi dan inklusi terkait pasar modal kepada masyarakat. Dibutuhkan peran aktif semua pihak membantu OJK meningkatkan literasi dan inklusi itu.
Dirinya pun menyampaikan persentase dari angka literasi dan inklusi Diharapkan lewat sosialisasi yang digelar ini, akan meningkatkan persentase tersebut.
“Hasil survei nasional literasi keuangan di tahun 2022 kemarin ternyata tingkat literasi keuangan di pasar modal itu masih cukup rendah ya, yaitu baru mencapai 4,11 persen. Sementara tingkat inklusinya itu mencapai 5,19 persen. Ini apa artinya, bahwasanya kita berinvestasi tanpa diikuti pengetahuan mengenai investasi tersebut, produk-produknya tersebut.”
“Jadi ini yang tantangan kita semua, sosialisasi ini untuk meningkatkan literasi kita agar paling tidak tingkat literasi dengan juga inklusinya itu nambah dan terus naik,” harap Inarno Djajadi.
Acara juga dilanjutkan dengan pemaparan oleh beberapa nara sumber. Diantaranya Halimatus Sa’diyah selaku Deputi Direktur Pelaksana Edukasi Keuangan OJK, Rena Novita selaku Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) provinsi Jambi, Lolita Liliana selaku Wakil Kompartemen Pengembangan Dewan APRDI dan terakhir Septarini Geminastitie selaku Kepala Bagian Pengawasan Perilaku Pelaku Jasa Keuangan OJK Provinsi Jambi. (Rolan)
Discussion about this post