Bahagia. Itulah yang dirasakan masyarakat Jambi saat ini dimana provinsi Jambi menjadi provinsi paling bahagia se-Sumatera dan nomor empat se-Indonesia. Kabar baik ini menjadi kado awal tahun 2022 bagi masyarakat Jambi.
Indeks kebahagiaan sendiri dirilis oleh BPS RI pada bulan Desember 2021, yang berasal dari Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) yang dilaksanakan 3 tahun sekali.
Pada tahun 2021 ini tingkat kebahagiaan penduduk Indonesia diukur dari 3 dimensi. Dimensi pertama adalah kepuasan hidup (life satisfacation) yang dibedakan menjadi subdimensi kepuasan hidup personal dan kepuasan hidup sosial. Dimensi kedua yaitu perasaan (affect) lalu yang terakhir adalah dimensi makna hidup (eudaimonia).
Dalam SPTK, tidak semua anggota rumah tangga dapat dipilih sebagai responden karena ada beberapa pertanyaan (misalnya, pertanyaan terkait
pekerjaan, pendapatan rumah tangga, dan keharmonisan keluarga) yang hanya
dapat dijawab secara akurat oleh kepala rumah tangga atau pasangannya.
Oleh sebab itu, pada setiap rumah tangga sampel, dipilih kepala rumah tangga atau
pasangan kepala rumah tangga (istri/suami) sebagai responden untuk mewakili
rumah tangga tersebut. Dengan demikian yang dimaksud sebagai penduduk
dalam survei ini adalah kepala rumah tangga atau pasangannya. Indikator kebahagiaan provinsi Jambi menjadi rumusan kebijakan publik dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan di masa depan.
Indeks Kebahagiaan Provinsi Jambi pada tahun 2017 sebesar 70,45 sedangkan tahun 2021 sebesar 75,17 naik 6.69 persen.
Kenaikan indeks kebahagiaan provinsi Jambi patut diapresiasi. Mengingat belum berakhirnya Covid-19 yang banyak mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan, serta naiknya tingkat stres akibat banyak tempat wisata ditutup.
Mencermati Indeks Kebahagiaan
Indeks kebahagiaan di Provinsi Jambi jika dibandingkan dengan indikator lainnya seperti kemiskinan bagaimana? Dari hasil SPTK 2021 yang dilakukan BPS dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Provinsi Jambi persentase penduduk miskin 7,67 persen dari total jumlah penduduk (September 2021) dan indeks kebahagiaan penduduknya 75,17.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa tingkat kemiskinan tidak selalu berkolerasi negatif dengan tingkat kebahagiaan. Berarti kebahagiaan tidak hanya dipengaruhi pendapatan, kebahagiaan subjektif tidak selalu berkaitan dengan status ekonomi individu. Kebahagiaan dapat diperoleh atau dipengaruhi oleh variabel non-ekonomi. Dengan demikian individu yang miskin tetap dapat memperoleh dan menikmati kebahagiaan.
Jika dibandingkan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), beberapa provinsi di Indonesia termasuk TPT relatif rendah dan Indeks Kebahagiaan tinggi.
Dalam korelasi antara IPM dengan Indeks Kebahagiaan, sebagian besar provinsi di Indonesia mempunyai pola sebagai berikut :
1. IPM dan Indeks Kebahagiaan secara beriringan relatif tinggi, misalnya Provinsi Kalimantan Timur.
2. IPM relatif rendah namun Indeks Kebahagiaan relatif tinggi, Provinsi Papua Barat merupakan contohnya.
3. IPM tinggi namun tidak diiringi dengan tingginya Indeks Kebahagiaan. Semua provinsi di pulau jawa sebagai contohnya.
Sedikit Catatan
Kondisi pandemi sedikit banyak mempengaruhi hasil survei dalam pengukuran Indeks Kebahagian. Tingginya indeks kebahagian di provinsi Jambi merupakan kabar baik tentunya untuk masyarakat Jambi.
Disini penulis menduga tingkat kebahagian di setiap provinsi dipengaruhi banyak sedikitnya jumlah kasus covid 19. Dan ini butuh kajian komprehensif lebih mendalam.
Penulis : Lina Marliana, Staf BPS Tebo
Discussion about this post