“The world is filled with good people. If you can’t find one, be one!”
Dunia ini penuh dengan orang baik, jika kita tak bisa menemukannya, jadilah salah satunya.
Satu hal yang tak terbantahkan, bahwa dokter dan tenaga medis menjadi garda terdepan dalam Pandemi Covid ini. Saya pikir siapapun tahu akan realitas itu. Namun, jika kita sedikit merenung sesungguhnya, kita atau masyarakat-lah yang jadi garda depan dalam menghadapi pandemi ini.
Pandemi membuat semua orang tak bisa berlari dari kewajiban ini, kesadaran untuk menolong bagi sesama saat pandemi menjadi suatu tren baru dalam komunitas apapun. Melewati sekat dan batas profesi.
Tentu saja dengan jumlah yang terbatas, dokter dan tenaga medis perlu kita tempatkan sebagai garis pertahanan terakhir. Tugas masyarakat adalah mengurangi penyebaran virus COVID-19. Jaga diri, jaga keluarga dan patuhi prokes.
Intinya diperlukan kerjasama yang baik pada masyarakat dalam menghadapi pandemi ini. Salah satunya dengan saling tolong-menolong. Saat ini muncul tren “berbuat baik”.
Tren berbuat baik ini banyak sekali ragamnya, apakah dengan memberikan sesuatu kepada orang lain di tengah pandemi COVID-19 ini. Atau bisa juga dengan cara menggalang dana untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.
Di daerah lain, terdapat seorang inisiator yang menggagas aksi menjahit masker gratis atau sekedar membagikan makanan pada sesama.
Tentu saja masih banyak sekali perbuatan baik yang dilakukan orang, baik itu yang dipublikasi maupun tidak. Bagaimanapun itu, saling berbuat baik dan menolong merupakan hal yang penting di tengah situasi sulit akibat pandemic virus COVID-19 ini.
Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan tersebut dapat disebut sebagai prosocial behavior. Prosocial behavior atau tindakan prososial adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk membantu orang lain atau memberi kemanfaatan bagi orang lain meskipun pemberi bantuan tidak mendapat keuntungan dari tindakannya tersebut.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengapa seseorang melakukan tindakan prososial dan jika dikaitkan dengan konteks di atas maka kita bisa menggunakan teori empathy-altruism. Hipotesis ini mengatakan bahwa beberapa tindakan prososial hanya dimotivasi oleh keinginan untuk membantu sesama, membantu seseorang yang membutuhkan (Batson & Oleson, 1991; Baron & Branscombe, 2012). Individu yang melakukan tindakan menolong orang lain dengan tidak mengharapkan imbalan dapat disebut termotivasi oleh altruism. Altruism ini memiliki kaitan erat dengan empati.
Selain itu, merebaknya tren tindakan menolong yang terjadi di tengah pandemi virus COVID-19 ini juga dapat dijelaskan melalui teori pembelajaran observasional oleh Albert Bandura. Melalui teori ini, Bandura menegaskan bahwa proses pembelajaran manusia dapat dilakukan dengan melalui observasi. Jika kita kaitkan dengan fenomena tren tindakan prososial yang sedang terjadi, maka pemberitaan dan informasi yang tersebar luas di media sosial mengenai orang yang melakukan tindakan prososial, dapat mengajarkan dan membuat orang lain ikut melakukan tindakan prososial seperti itu juga.
Dimana pada berita atau informasi yang tersebar mengenai orang yang melakukan tindakan prososial di media sosial biasanya orang tersebut mendapat imej positif dan tanggapan positif dari orang lain, seperti yang dilakukan para Crazy Rich atau orang kaya raya, yang mendapat banyak pujian karena tindakan prososial pada masyarakat selama pandemi. Selain itu, dari sisi psikologis, terdapat banyak penelitian yang mendukung bahwa orang yang melakukan kebaikan atau menolong orang lain akan merasakan kebahagiaan tersendiri.
Orang-orang yang telah melakukan tindakan menolong, lalu tersebar di berita maupun media sosial dapat disebut sebagai model atau contoh bagi orang lain yang mendapat informasi tersebut.
Selanjutnya, ketika orang yang mendapat informasi tersebut juga ikut melakukan tindakan menolong lalu ia menyebarkannya melalui media sosial, maka ia juga menjadi model dan begitu seterusnya. Dengan masyarakat yang saat ini melakukan gerakan #dirumahaja, internet merupakan salah satu sarana penting untuk mendapatkan informasi.
Dengan semakin banyak orang yang menggunakan internet, maka semakin cepat dan semakin luas jugalah informasi yang tersebar. Sehingga itu juga menjelaskan alasan meluasnya tren berbuat baik yang terjadi di tengah pandemi virus COVID-19 ini.
Pada akhirnya, pandemi virus COVID-19 ini merupakan perjuangan bersama, bukan hanya perjuangan tenaga medis dan dokter saja. Dengan kita melakukan gerakan #dirumahaja, tanpa kita sadari kita juga telah membantu mengurangi peningkatan kasus positif virus COVID-19 ini.
Meski begitu, jika kita dapat berbuat lebih seperti memberikan dukungan material kepada orang-orang yang membutuhkan pada situasi sulit ini, maka itu lebih baik. Dengan saling membantu satu sama lain dan mengikuti imbauan pemerintah. Akhirnya semoga kita dapat segera melewati pandemi ini bersama-sama.
Berbagi memang tak serta merta menjadikan kita manusia baik, tapi setidaknya dengan berbagi kita bisa memperkuat kemanusian itu sendiri. Salam. (*)
Discussion about this post