SINARJAMBI.COM – Asian Agri, perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka di Indonesia, menyelenggarakan acara halal-bihalal bersama Insan Pers Jambi di Hotel Aston Jambi. Acara ini tidak hanya menjadi momen silaturahmi selepas Hari Raya Idul Fitri, namun Asian Agri juga memaparkan keunggulan bibit sawit unggul Topaz.
“Media massa memiliki peran penting untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi industri kelapa sawit. Maka, Asian Agri berkomitmen memberikan informasi yang akurat kepada media massa dan menyelenggarakan diskusi untuk meningkatkan pemahaman tentang industri kelapa sawit.” Ucap Manager SSL Asian agri Wilayah Jambi, Liharman Purba pada pembukaan acara.
“Selain mengenalkan filosofi 5C Asian Agri (Community, Country, Climate, Costumer, dan Company) yang melandasi komitmen perusahaan untuk membangun operasi yang berkelanjutan serta visi Asian Agri 2030 yang berfokus pada empat pilar strategis, yaitu (I) kemitraan dengan petani, (II) pertumbuhan inklusif, (III) iklim positif, dan (IV) produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, maka pada kesempatan kali ini, kami ingin mengambil kesempatan untuk memaparkan bagaimana Asian Agri mendukung industri kelapa sawit melalui pengembangan bibit kelapa sawit unggul Topaz yang sudah teruji dan terbukti, karena merupakan hasil dari riset dan pengembangan puluhan tahun,” ujar Liharman.
Head of Plant Breeding Asian Agri, Yopy Dedywiryanto menjelaskan bahwa, Topaz adalah bibit sawit unggul yang teruji dan terbukti dapat meningkatkan produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) dan juga tahan terhadap penyakit Ganoderma.
“Topaz adalah bibit sawit unggul hasil penelitian intensif selama puluhan tahun di Oil Palm Research Station (OPRS) Asian Agri. Sejak tahun 1992, Asian Agri telah menyeleksi dan juga terus menyilangkan indukan Dura dan Pisifera terpilih dari Costa Rica (gen-1). Pada tahun 1996-1998, OPRS Topaz memulai penanaman indukan Dura dan Pisifera terpilih di kebun benih Topaz, diikuti dengan uji persilangan generasi satu DxPnya.
Prestasi ini mengantarkan OPRS Topaz berhasil memperoleh izin pelepasan Varietas Topaz 1, 2, 3, dan 4 pada 16 Januari 2004, sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia. “Komitmen Asian Agri untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggan terus berlanjut. Dengan pengujian persilangan generasi dua yang intensif, saat ini Topaz hanya memproduksi persilangan-persilangan yang teruji dan terbukti memiliki potensi produksi 24 ton TBS/Ha pada TM (Tanaman Menghasilkan)1 dan rata-rata 38 Ton TBS/Ha pada TM3 sampai dengan TM6 dengan potensi OER (Oil Extraction Rate) 29%,” ucap Yopy Dedywiryanto.
Dalam pernyataan penutupnya Yopy Dedywiryanto mengatakan bahwa, bibit unggul Topaz tidak hanya unggul dalam hal kuantitas produksi, tetapi juga tahan terhadap penyakit Ganoderma. Ketahanan ini dibuktikan dengan diperolehnya izin pelepasan Varietas Topaz GT oleh OPRS Topaz pada tanggal 1 Februari 2019 sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia. “Topaz adalah bibit sawit yang sudah teruji dan terbukti. Oleh karena itu, bibit ini sudah seyogyanya menjadi andalan para petani kelapa sawit.” Tutup Yopy.
Mukhtadi Putranusa mewakili Insan Pers Jambi saat memberikan sambutannya juga mengapresiasi Asian Agri yang secara aktif membina petani kelapa sawit.
“Kami sebelumnya sudah banyak mendengar bagaimana Asian Agri terus aktif membina petani yang berdampak kepada peningkatan perekonomian masyarakat. Kami berharap agar jalinan silaturahmi Asian Agri dengan Insan Pers Jambi yang telah terjalin baik selama ini juga terus berkelanjutan.“ ujar Mukhtadi.
Pada kesempatan yang sama hadir pula dua perwakilan petani kelapa sawit di bawah naungan Asian Agri turut memberikan testimoni tersendiri terkait performa bibit unggul Topaz dibandingkan yang lainnya. Pertama ada Tonggor Hutabarat, Ketua KUD Bina Usaha yang berlokasi di Desa Cinta Damai, Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, dan Nuryanto yang merupakan salah satu petani swadaya Asian Agri dari Desa Bulian Jaya, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batanghari, Jambi.
“Sebelum TM, karena menggunakan Bibit Topaz, pohon kelapa sawit kami telah berbuah di bulan ke-28. Sebelumnya, kami sudah memulai kastrasi di bulan ke-18.” ujar Tonggor yang sudah bermitra dengan Asian Agri sejak tahun 90-an dengan bentuk kemitraan plasma.
“Selama bermitra dengan Asian agri, kami banyak mendapatkan pendampingan dari Tim Kemitraan perusahaan. Kami mendapatkan beragam pelatihan / training untuk penguatan kelompok dimana hal ini sangat penting karena sebagian tanaman kelapa sawit dari segi usia tanaman kami sudah tua dan produksinya sudah jauh menurun, serta kami sudah memasuki masa replanting untuk generasi kedua yang membutuhkan pendampingan teknis dan pengelolaan kebun berkelanjutan. Kemudian, di tahun 2021, sebagian petani kelapa sawit kami dengan memiliki lahan seluas sekitar 400 Ha, kembali melakukan replanting bersama Asian Agri dengan menggunakan Bibit Sawit Topaz.” Ucap Tonggor.
Kemudian, Nuryanto menceritakan pengalamannya dalam menggunakan Bibit Topaz. “Saya mulai berkebun sawit sejak 2017. Karena pada waktu itu saya belum memahami pentingnya pengunaan bibit sawit unggul, awalnya saya masih menggunakan bibit abal-abal yang penting murah. Namun panen bibit tersebut lama karena harus menunggu sekitar empat tahun. Berat rata-rata TBS yang dihasilkan pun sangat kecil padahal sudah banyak di pupuk. Untungnya, di awal 2019 saya bertemu Tim Kemitraan Asian Agri yang mengajak saya dan rekan-rekan menjadi mitra swadaya dan diajarkan cara melakukan budidaya sawit dengan baik dan ramah lingkungan. Saat itulah kami dikenalkan dengan bibit unggul Topaz,” sambung Nuryanto yang memiliki luas lahan yang ditanami bibit Topaz seluas 20 ha. Sepuluh hektar, atau setengah dari lahan tersebut sudah berstatus TM sementara sisanya belum.
Nuryanto menuturkan bahwa penggunaan bibit sawit unggul Topaz dan pendampingan Tim Kemitraan Asian Agri membuat hasil panennya lebih baik. “Pada panen perdana di usia tiga tahun, kebun ini sudah berbuah dan berat rata-rata TBS yang dihasilkan lebih besar. Dari waktu dua tahun tanam (2019-2020), dari luasan 6 ha, saat ini dapat mencapai produksi rata-rata 2 ton/Ha/bulan dan yang tertinggi pernah mencapai 3 ton/Ha/bulan.” Nuryanto bahkan tak ragu mengimbau rekan-rekan petani lainnya untuk tidak ragu menggunakan bibit sawit unggul ketika kebunnya sudah memasuki usia replanting. “Kalau saya percayanya sama bibit sawit unggul Topaz. Alhamdulillah, sejak menggunakan bibit sawit unggul Topaz, hasil kebun berlimpah dan ekonomi keluarga juga meningkat.” Tutupnya. (*)
Discussion about this post