Janggal. Bahkan bisa dibilang aneh. Perhelatan dunia olahraga Formula E-Prix di Jakarta beberapa hari lalu nihil sponsor Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Setali tiga uang dengan Kemenparekraf yang juga dituding tak ngotot dukung acara.
Lomba jet darat roda empat itu diplototi ratusan juta pasang mata di belahan lain negeri ini. Total ada 12 tim yang bertarung. Bertolak belakang dengan ajang kebut-kebutan roda dua MotoGP di Mandalika.
Dukungan penuh diberikan BUMN. Bahkan, nama salah satu perusahaan plat merah milik negara menjadi nama sirkuit di desa Kuta, kecamatan Pujut, kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.
Padahal, Jakarta adalah ibukota negara. Memang, kehadiran Presiden RI dan ketua DPR RI sedikit menepis anggapan negara tak hadir di penyelenggaraan. Ya, tuan rumah adalah Jakarta. Gubernurnya santer disebut bakal capres potensial.
Kebetulan, BUMN dan Kemenparekraf dikomandoi juga oleh bakal capres. Tak sedikit absennya BUMN dan minimnya sokongan Kemenparekraf menjadi sponsor dikaitkan karena kontestasi pilpres 2024.
Beberapa elit partai menepis itu. Tapi sayangnya, pandangan sebagian kalangan memang mengarah ke sana. Saya tak mau terjebak dalam pusaran intrik politik yang mulai ngegas jelang Pilpres 2024.
Saya hanya melihat dari aspek ekonomi. Event E-Prix Jakarta bisa menjadi daya tarik wisatawan. Lebih penting lagi, brand Kita akan mendunia. Keberhasilan Indonesia menghelat event dunia pasti berdampak besar bagi pendapatan negara.
Terlebih, Kita dinilai berhasil mengendalikan sebaran virus mematikan corona. Uang yang dibawa pelancong luar negeri bakal mengalir deras.
Disayangkan semua ini terjadi, di tengah negeri ini menuju transisi pandemi covid-19 ke endemi untuk kebangkitan ekonomi bangsa. Pasalnya, Indonesia tengah berjalan di rel yang tepat mengejar keterpurukan.
Sebelumnya telah ada beberapa event dunia digelar. Belum lagi, pertemuan G-20 di Bali nanti sepertinya menjadi puncak berhasilnya Indonesia bangkit dari pandemi. Dunia mempercayai Indonesia.
Apa yang terjadi di Jakarta E-Prix, tidak mendidik daerah yang notabene diminta pemerintah pusat untuk besinergi dengan semua lini untuk bangkit.
Kerugian besar tentunya bagi negeri ini tak memanfaatkan dengan maksimal event dunia sebesar di atas. Sayang, sokongan BUMN tak sekencang dan selengking mesin listrik mobil formula-E.
Penulis: Rolan – Pemimpin Redaksi sinarjambi.com
Discussion about this post