SINARJAMBI.COM – Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro memberikan materi pada kegiatan edukasi media daerah yang diselenggarakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) hari ini di Serpong Tangerang Selatan.
Sebagai salah satu upaya memberikan edukasi ke media daerah mengenai industri hulu migas, beberapa KKKS mengajak media daerah untuk mengikuti kegiatan edukasi media sekaligus mengikuti kegiatan IPA Convex 2025.
Selain SKK Migas, yang menjadi narasumber pada kegiatan edukasi media tersebut antara lain : A Rinto Pudyantoro Dosen Universitas Pertamina, Bobby Permana, Senior Policy Analis, Dirjen Migas Kementerian ESDM, Anggit Raksajati, PhD Dosen ITB dan Pri Agung Rahmanto Petrominer Institut.
Dalam paparannya, Hudi menyampaikan bahwa tantangan global yang dinamis telah mempengaruhi dinamika industri hulu migas, antara lain pertumbuhan ekonomi dunia dan nasional yang akan berdampak pada berapa kebutuhan minyak dan gas dunia, geo politik seperti perang Rusia-Ukraina, perang di timur tengah, tarif Trump dan lainnya, perubahan iklim dan trilemma energi, kemudian transisi energi yang akan mendorong peningkatan kebutuhan gas, dan pengembangan proyek CCS/CCUS.
Hal ini mendorong kedepannya investasi global disektor migas akan meningkatkan yang menjadi peluang bagi investasi hulu migas di Indonesia.
Hudi juga menyampaikan materi agar jurnalis daerah memahami perbedaan bisnis disektor hulu dan disektor hilir, agar dalam pemberitaannya dapat lebih tahu isu-isu dan dinamika yang terjadi, yang masuk hulu maupun hilir.
Dia juga menyampaikan karakteristik industri hulu migas yaitu membutuhkan modal besar, teknologi tinggi, tenaga kerja terampil dan risiko tinggi, serta cycle bisnis hulu migas nyang sangat panjang seperti misalnya dalam jangka waktu kontrak 30 tahun, pada 10 tahun pertama pada umumnya adalah kegiatan eksplorasi dan plan of development (POD) yang artinya sudah keluar biaya-biaya tapi belum berproduksi.
Dia juga menyinggung mengenai production system contract (PSC) cost recovery dan gross split, participating interest (PI) dan dana bagi hasil daerah, program low carbon initiative dan lainnya.
Terkait peran Media, Hudi mengharapkan dengan edukasi ini para jurnalis dapat menterjemahkan hal-hal teknis menjadi Bahasa pemberitaan yang mudah dipahami khalayak luas. Dia juga mengharapkan media dapat menjaga dialog publik tetap berbasis fakta, memberikan pemberitaan seimbang, memberitakan dampak positif hulu migas yang nyata bagi daerah serta mendukung transformasi industri yang berkelanjutan.
Berdasarkan studi kasus dalam buku “Etika Jurnalisme Migas” karya Agus Sudibyo hal-hal yang harus menjadi perhatian para jurnalis adalah 1. Judul yang menghakimi bisa menyesatkan, 2. Tidak semua isu kompleks bisa disederhanakan, 3. Penting untuk memberi ruang untuk semua piha, 4. Penyampaikan kritik memerlukan dasar yang kuat, 5. Beberapa isu migas membutuhkan pembahasan mendalam, konteksnya adalah beberapa isu hulu migas tidak bisa diberitakan melalui teks yang pendek dan liputan yang cepat, terkadang butuh waktu untuk penelusuran data, wawancara dan riset yang mendalam. (*)
Discussion about this post