SINARJAMBI.COM – Upaya terobosan dalam pengembangan suku bunga acuan bebas risiko yang sesuai prinsip syariah merupakan tonggak penting dalam memperkuat daya saing industri keuangan syariah menghadapi dampak penghentian London Interbank Offered Rate (LIBOR) mulai akhir 2021.
Pengembangan standardisasi dalam pasar keuangan syariah akan memperkuat pengelolaan likuiditas sehingga dapat meningkatkan arus investasi yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi riil.
Demikian disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti dalam Internasional Seminar virtual bersama International Islamic Financial Market dan International Islamic Liquidity Management (IIFM-IILM) tentang Pasar Keuangan Syariah, yang mengangkat tema “Global Benchmark Rate Reforms: Challenges and Solutions for Islamic Finance Industry“, (26/10/2021).
Acara ini menjadi salah satu rangkaian dalam Puncak Acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-8 tahun 2021 hari kedua.
Dikutip di laman resmi BI, Kamis (28/10/2021) Destry menambahkan, pasar keuangan syariah telah menunjukkan ketahanan yang lebih kuat berdasarkan pengalaman krisis keuangan global sebelumnya. Hal ini karena praktik keuangan syariah terkait dengan sektor riil, menghindari transaksi berbasis bunga dan berbasis spekulatif.
Oleh karena itu, keuangan syariah layak menjadi alternatif baru dan menawarkan model keuangan yang lebih prospektif dalam lanskap ekonomi global.
Bank Indonesia terus mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, termasuk dengan mengembangkan berbagai instrumen moneter untuk pasar uang syariah seperti Sukuk Bank Indonesia, FX Term Deposit, fasilitas Wakalah dan fasilitas Repo untuk pengelolaan likuiditas.
Tidak hanya instrumen untuk tujuan komersial, tetapi juga untuk tujuan sosial. Bank Indonesia dan sejumlah institusi seperti Kementerian Keuangan, Badan Wakaf Indonesia dan Kementerian Agama telah bekerja sama untuk meluncurkan Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS). Kerjasama tersebut diharapkan dapat mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat global.
Masih dalam rangkaian puncak acara ISEF 2021 hari kedua, Deputi Gubernur BI, Rosmaya Hadi dalam acara konferensi Internasional virtual tentang Pariwisata Halal menyampaikan optimisme terhadap pengembangan industri pariwisata yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Untuk itu, setidaknya terdapat tiga strategi adaptasi kenormalan baru bagi pariwisata ramah muslim.
Pertama, membangun infrastruktur yang mendukung kegiatan pascapandemi, khususnya yang terkait peran teknologi digital yang makin penting dalam mendukung pariwisata. Kedua, beralih ke model pariwisata berkelanjutan yang menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan pemeliharaan lingkungan dengan melibatkan komunitas lokal. Ketiga, penguatan ekosistem pariwisata ramah muslim, yang mencakup hotel, transportasi, makanan, paket wisata dan keuangan, untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim yang trennya meningkat.
Puncak acara ISEF 2021 masih akan berlangsung selama 6 (enam) hari sampai dengan tanggal 30 Oktober 2021. Rangkaian acara diselenggarakan secara hybrid, kerja sama antara Bank Indonesia dan Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah (KNEKS) dan sejumlah mitra strategis dibidang ekonomi keuangan syariah. (*)
Discussion about this post