SINARJAMBI.COM – Hari pertama Training of Trainer (ToT) Ekonomi dan Keuangan Syariah untuk kalangan konten kreator dan jurnalis wilayah Sumatera dimulai, Kamis (20/6/2025) pagi.
Pelaksanaan ToT digelar di Swiss-Belhotel kota Bandar Lampung. Acara merupakan rangkaian Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Se Sumatera tahun 2025 yang menjadi agenda rutin tahunan Bank Indonesia.
Ada tiga pemateri yang tampil pada hari pertama ini. Diawali oleh Irfan Farulian dari Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia.
Dijelaskannya bahwa ekonomi syariah adalah ilmu yang mempelajari tata kehidupan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi (alokasi dan distribusi sumber daya), yang dilaksanakan berdasarkan hukum dan prinsip syariat Islam dengan pendekatan maqashid syariah atau menjaga kemaslahatan, dalam mewujudkan kesejahteraan umat.
“Perkembangan EKSyar global diprakirakan meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk muslim muda global, peningkatan daya beli Masyarakat muslim, digitalisasi & e-commerce, serta fokus negara-negara OIC mengembangkan pasar produk halal,” ujar Irfan Farulian.
Di sesi kedua, tampil pemateri Lestiyowati Puji Lestari selaku kepala Tim Implementasi KEKDA kantor Perwakilan Bank Indonesia provinsi Lampung.
Ia memaparkan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan syariah (Global/Nasional/Regional) serta framework kebijakan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah Bank Indonesia. Dipaparkan juga tentang program pengembangan ekonomi dan keuangan syariah Bank Indonesia dan terakhir terkait festival ekonomi syariah Sumatera tahun 2025.
Dalam tataran global, tambah Lestiyowati Puji Lestari, eksyar Indonesia meningkat menjadi posisi ketiga setelah Malaysia dan Arab Saudi. Dirinya juga memaparkan data dari State of The Global Islamic Economy Report (SGIE) 2023.
“Report tersebut memprakirakan total konsumsi yang dilakukan oleh 1,9 miliar Muslim di dunia untuk sektor ekonomi syariah pada tahun 2023 mencapai 2,4 triliun dolar AS. Adapun sektor ekonomi syariah yang dimaksud merupakan enam sektor ekonomi riil yang terdiri atas makanan, farmasi, kosmetik, fesyen, pariwisata, dan media/rekreasi.”
“Sementara aset keuangan syariah global tercatat 3,96 triliun dolar AS, tumbuh 17 persen (yoy). Peningkatan peringkat Indonesia seiring dengan tetap kuatnya positioning Indonesia di sektor halal food (posisi ke-2) dan modest fashion (posisi ke-3), disertai peningkatan signifikan pada sektor media and recreation (naik 23 peringkat ke peringkat ke-6),” jelasnya.
Keseruan ToT semakin terasa saat sesi terakhir diisi oleh Melati Ocktavia dari platform pelatihan digitalisasi yakni Rakamin. Pasalnya, di ujung sesi peserta yang dibagi menjadi 5 kelompok diminta mempraktekkan materi yang telah didapat.
Di sinilah kehebohan terlihat. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya diselingi yel-yel. Bahkan, salah satu kelompok menampilkan teatrikal singkat meyakinkan pemateri. Pasalnya, penampilan setiap kelompok diperlombakan.
Salah satu materi yang disampaikan Lestiyowati Puji Lestari terkait trik pengguna media sosial dan jurnalis yang bersentuhan dengan website agar dapat memaksimalkan kontennya.
Sebelumnya, ToT diawali kata pembukaan dari Prof Dr Ruslan Abdul Ghofur Noor SAg, MSi selaku Direktur Industri Produk Halal KDEKS Provinsi Lampung, serta Achmad P Subarkah selaku Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Lampung.
Diketahui, festival tahun ini mengusung tema ‘Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Kemandirian Ekonomi Regional’.
Tema ini akan diimplementasikan melalui tiga pilar utama yakni ekosistem produk halal, keuangan syariah serta literasi, inklusi dan halal lifestyle. (Rolan)
Discussion about this post