SINARJAMBI.COM – Bulan Inklusi Keuangan (BIK) tahun 2021 baru saja ditutup, Selasa (2/11/2021). Agenda tahunan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) satu bulan penuh di Oktober ini diharapkan meningkatkan inklusi sekaligus literasi keuangan masyarakat Indonesia.
Disampaikan Tirta Segara selaku anggota Dewan Komsioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen bahwa pihaknya terus mendorong peningkatan inklusi keuangan.
“Saya ingin menggarisbawahi tiga alasan penting mengapa inklusi keuangan harus terus kita dorong dan diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Yang pertama kami meyakini bahwa inklusi keuangan dapat menjadi mesin pendorong proses pemulihan ekonomi, karena penyaluran pembiayaan bagi pelaku usaha kecil mikro bahkan ultra mikro dapat menjadi jam starter untuk menggerakkan kembali roda perekonomian.”
“Oleh karena itu, kami akan mendorong industri jasa keuangan untuk terus mengembangkan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Dalam kaitan ini, salah satu kemajuan yang dapat kami laporkan adalah melalui tim percepatan akses keuangan daerah kami mendorong program kredit pembiayaan melawan rentenir (KPMR), yaitu skema pembiayaan dengan proses cepat dan berbiaya rendah,” jelas Tirta Segara saat penutupan BIK 2021 via live channel YouTube OJK, Selasa (2/11/2021).
Lewat KPMR, kata Tirta Segara diharapkan dapat menjadi salah satu jawaban pembiayaan yang mudah dan terjangkau bagi penggiat pariwisata dan usaha mikro agar bukan hanya dapat bertahan hidup, namun juga dapat membangkitkan kembali usahanya dimasa atau pasca pandemi covid-19.
“Yang kedua, inklusi keuangan juga diharapkan dapat mendukung ketahanan ekonomi masyarakat dalam berbagai situasi dan kondisi. Ketersediaan keuangan yang disertai dengan peningkatan keterampilan pengelolaan keuangan akan membantu masyarakat untuk bertahan dalam menghadapi tekanan ekonomi.”
“Hal ini memungkinkan bagi mereka untuk lebih siap dalam menghadapi situasi krisis. Kami meyakini bahwa tingkat pemahaman yang lebih baik terhadap produk dan layanan jasa keuangan, akan mendorong masyarakat menggunakan produk keuangan yang sesuai dalam aktivitas ekonomi.”
“Sementara itu yang ketiga utamanya terkait dengan tabungan atau investasi untuk masa depan. Sebagaimana kita ketahui, orang dewasa Indonesia yang mengikuti program pensiun hanya sekitar 6 persen, angka ini adalah sangat rendah,” urai Tirta Segara.
Dengan menyiapkan dana hari tua, tambah Tirta Segara, setidaknya tidak akan menjadi beban bagi ahli waris di kemudian hari.
Diyakini Tirta Segara, program inklusi keuangan melalui kebiasaan menabung sejak dini dapat menciptakan budaya hidup hemat, tidak membelanjakan uang untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
OJK menginginkan agar sektor jasa keuangan menjadi inklusif bagi semua lapisan masyarakat, termasuk bagi generasi penerus. Melalui program satu rekening satu pelajar (kejar), diharapkan semua pelajar di Indonesia memiliki rekening tabungan.
“Selain untuk menciptakan budaya yang baikk, hal ini penting untuk membentuk karakter bangsa yaitu generasi muda yang tidak hanya kreatif, rajin dan disiplin tetapi juga memiliki karakter hidup hemat serta tidak koruptif.
“Oleh karena itu, OJK bersama dengan Kementerian lembaga dan lembaga jasa keuangan kembali menyelenggarakan bulan inklusi keuangan BIK yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan Oktober sebagai agenda nasional.”
“Penyelenggaraan BIK ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan engagement bagi semua untuk menyatukan langkah dalam peningkatan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia,” harap Tirta Segara. (Rolan)
Discussion about this post