SINARJAMBI.COM – Lahan gambut menjadi tantangan tak mudah bagi perusahaan kelapa sawit PT Mendahara Agrojaya Industry (MAI) meningkatkan hasil produksi tandan buah segar (TBS). Pengelolaan air alias water management yang baik dan benar di areal kebun menjadi harga mati.
Mengelola lahan seluas 3.231,95 hektar sesuai sertifikat HGU nomor 6 tahun 2012, PT MAI yang kini bernama unit usaha Lagan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI terus berbenah. Selain teknis water management, pemupukan yang baik terus dilakukan.
Diketahui, PT MAI resmi diakuisisi PTPN VI sejak tanggal 8 Juni 2022 lalu atas persetujuan Menteri BUMN No.S.540/MBU/2012 tanggal 4 Oktober 2012 dan surat direksi PTP Nusantara VI SK No.28/06.D1/2012.
Dijelaskan Asisten Kepala Tanaman PT MAI, Ereskayanto bahwa pengelolaan air di lahan gambut PT MAI dengan total pekerja 230 orang ini disusun berdasarkan level tanah. Ini karena menggunakan sistem gravitasi.
“Artinya dari wilayah PT MAI atau Lagan ini, sesudah kita petakan ternyata kita bisa membedakan secara global itu ada tiga wilayah rata-rata ketinggian. Maka water management kita bagi menjadi tiga zona. Ada zona water management satu, zona water management dua dan zona water management tiga. Jadi zona satu ini kita anggap yang paling tinggi. Zona satu inilah sebagai lumbung air kita yang pertama, sebagai patokan kita. Jadi kalau ini terjadi kelebihan langsung kita salurkan keluar, kita salurkan ke zona dua dan zona tiga.”
“Antara dengan zona satu, dua dan zona tiga ini kita buat sekat. Itu bisa berupa pipa, bisa berua pintu air. Jadi ini yang harus dipantau setiap hari berdasarkan level airnya tadi. Kita punya semacam kayu, kita cat, kita ukur sentimeternya dari situ kita bisa tahu ini sudah level putih aman, level biru aman, kemudian level kuning adalah di bawah minus empat puluh. Jadi kalau nol itu relatif tergenang, malah untuk tanamannya kurang bagus. Jadi titik nol-nya itu adalah leher akar tanaman,” jelas Ereskayanto ditemui usai media gathering PTPN VI di kantor PT MAI di kecamatan Geragai, Tanjung Jabung Timur, provinsi Jambi, Rabu (15/6/2022) siang.
Akan menjadi waspada, tambah Ereskayanto, jika level air mendekati minus 70. Pasalnya, dipastikan pasokan air kurang. Ancaman terjadinya kebakaran lahan pun mengintai. Dirinya mengungkapkan hal yang paling sulit dalam pengelolaan water manajement, yaitu pada musim hujan dan juga kemarau.
Untuk mengatur teknis di lapangan, ditunjuk seorang penanggungjawab yang diemban Bagus Hapsoro sebagai asisten pengawasan water management.
sinarjambi.com berkesempatan melihat langsung water management PT MAI di areal kebun yang masuk wilayah desa Lagan Tengah, Geragai, Tanjabtim, provinsi Jambi. Dijelaskan Ereskayanto, water management terdiri dari kanal utama (main drain) dan kanal dalam (collection drain).
“Main drain atau saluran utama sebagai cadangan air kita untuk penyalurannya, maka kita buat levelnya di situ. Dan itu adalah bagian dari water management. Berapa kebutuhan air di dalam kita buat saluran ke dalam, selebihnya kita tahan seperti musim kemarau kita tahan. Lalu kita salurkan jika dibutuhkan,” jelas Ereskayanto di lokasi kanal utama PT MAI.
Demi hasil maksimal, tambah Ereskayanto, kanal utama dibuat mengelilingi setiap 50 hektar areal kebun. Plus dengan kanal kecil yang menyusuri lahan kebun atau blok-blok kebun dengan jarak 300 meter.
Sementara, lebar kanal utama dibuat antara 8 sampai 12 meter, dengan kedalaman rata-rata 7 meter.
“Desain blok kanal Kita, Timur Barat itu 300 meter. Utara Selatan itu 1500 meter. Jadi rata-rata luas blok kita itu di angka 40 sampai 50 hektar, dia (kebun) akan dikelilingi oleh kanal utama,” paparnya dengan rinci.
Penjelasan Ereskayanto diamini Manager PT MAI, Nazarsyah Hutagalung. Pengelolaan water management yang baik, kata Nazarsyah akan mampu meningkatkan hasil produksi. Bahkan perbandingan persentase hasil prosuksi cukup signifikan. Bisa mencapai 50 persen.
Itu semua dilakukan untuk mengejar target produksi tanaman menghasilkan (TM) sebanyak 12 ton per hektar. Sekali lagi, Nazarsyah Hutagalung menekankan pentingnya kualitas median tanam yang baik menjadi kunci keberhasilan.
Dalam paparannya, Nazarsyah Hutagalung mengungkap data peningkatan hasil produksi sebesar 6,89 persen di tahun 2021 dari tahun sebelumnya 2020. Rinciannya, tahun 2019 sebanyak 6,67 ton per hektar, tahun 2020 sebanyak 6,66 ton per hektar dan tahun 2021 sebanyak 7,11 ton per hektar.
Keberadaan kanal bahkan menjadi keuntungan bagi perusahaan dari sisi penghematan. Tak seperti di darat mengangkut pakai truk, PT MAI menggunakan perahu saat panen TBS. Satu perahu mampu mengangkut 2,5 ton TBS. “Kami melihat ini terjadi efisiensi biaya operasional, sangat beda dengan menggunakan jalur darat. Karena darat lebih memakan biaya tinggi, misal BBM-nya saja sudah berapa,” ujarnya.
Saat mengajak jurnalis melihat water management di areal kebun sawit, Nazarsyah juga menjelaskan rencana ke depan untuk memaksimalkan pengelolaan air dalam rangka meningkatkan produksi TBS.
“Kalau di MAI ini lebih ke intensifikasi, artinya pengelolaan lebih maksimal terkait tata kelola air. Kemudian dari pertumbuhan tanamannya, kebugaran tanaman itu harus kita terus komit di sana. Bisa lebih menambah produktivitas yang tadinya 7 ton, bisa kita upayakan dengan perlakuan benar secara teknis, Insyaallah target 12 ton kita bisa capai.”
“Artinya kalau bicara persentase (peningkatan produksi dari adanya water management) ini banyak lagi instrumennya. Saya pikir karena memang kita dari awal bicara tata kelola air adalah yang terpenting di lahan gambut ini. Ini konteksnya saya pikir di angka 40 sampai 50 persen sangat berpengaruh,” jelas Nazarsyah Hutagalung saat mengajak jurnalis melihat kanal dimaksud.
Kinerja Keuangan Sampai April 2022
Nilai aset PT MAI sampai dengan April 2022 mengalami kenaikan sebesar 1,27 persen terhadap realisasi 31 Desember 2021 senilai Rp 354,79 miliar. Liabilitas jangka pendek senilai Rp 16, 05 miliar dan jangka panjang senilai Rp 204,44 miliar. Nilai liabilitas sebesar 1,69 persen terhadap realisasi 31 Desember 2021 senilai Rp 216, 81 miliar.
Sementara, posisi ekuitas mencapai senilai Rp 138,81 miliar atau 0,61 persen naik terhadap realisasi 31 Desember 2021 senilai Rp 137, 91 miliar. Untuk sisi penjualan sampai dengan April 2022 senilai 25,45 miliar.
“Sampai dengan bulan April 2022, kita mencatatkan keuntungan senilai Rp 838 juta,” ujar Nazarsyah Hutagalung.
Salurkan CSR dan Kembangkan Lahan Konservasi
Konsentrasi PT MAI menggenjot hasil produksi kebun kelapa sawit tak melupakan tanggungjawab sosial perusahaan alias Corporate Social Responsibility (CSR) kepada warga sekitar. Komitmen ini disampaikan Nazarsyah Hutagalung.
Pada tahun 2021, dana CSR dialokasikan untuk bantuan bencana kebakaran di desa Kampung Lama, bantuan beras sebanyak 2 ton di desa Sungai Tawar, bantuan Sound System masjid Haqulyaqen di Sungai Tawar dan material bangunan untuk masjid Al Mutaqin di desa Lagan Tengah.
Menariknya, unit usaha Lagan juga mengembangkan hutan konservasi alam seluas 9 hektar. Dikatakan Nazarsyah, salah satu fungsi hutan konservasi yang berada di tengah areal kebun untuk melindungi hewan endemik seperti kera, bangau putih dan ular.
Optimisme Cetak Keuntungan Besar
Sementara, Sekretaris Perusahaan PTPN VI Achmedy Akbar optimis dengan investasi yang ditanamkan pada unit usaha Lagan. Ini mengingat keuntungan yang dicetak unit usaha Lagan cukup menjanjikan.
“Sudah banyak investasi PTPN VI lakukan di PT MAI ini dan itu tentu Kita ingin investasi yang dilakukan itu kembali lagi ke kita. Semua yang kita lakukan, (seperti) perbaikan tanaman, perbaikan infrastruktur, water management yang benar. Itu meyakinkan kita bakal mengembalikan itu semua. Itu terbukti dimulai dari tahun kemarin sudah menghasilkan profit ke PTPN VI. Sekarang sampai bulan April 2022 sama-sama kita lihat baru 838 juta. Kalau kita kalikan 3, karena itu baru 4 bulan pertama, berarti sudah di angka 2 sekian miliar setahun.”
“Jadi ini akan berkembang lagi ke depan. Saya optimis kedepannya nanti ini bakal bisa mengembalikan semua investasi. Mungkin bisa seperti kita bicarakan kemarin PT Bukit Kausar semua lunas hutangnya. Menjadi ibarat gadis cantik lah sekarang,” jelasnya.
Untuk memastikan seluruh unit usaha berjalan di trek yang benar, PTPN VI rutin mengadakan rapat via video conference seminggu tiga kali. Di rapat tersebut, unit usaha mendapatkan arahan agar dalam menjalankan usahanya sudah sesuai dengan rencana perusahaan.
“Jadi semuanya inline dengan tujuan perusahaan, apa yang harus dilakukan di monitor setiap hari dan dilaporkan ke kantor pusat. Sehingga kita juga bisa pantau bagaimana perkembangan hari per hari, minggu per minggu dari PT MAI ini apa sudah inline dengan yang direncanakan. Alhamdulillah malah Kami lihat progresnya sudah di atas yang kita harapkan yang dilakukan,” puji Achmedy Akbar.
Core Value AKHLAK
Achmedy Akbar memaklumi jika hasil produksi TBS di unit usaha Lagan tidak sebanyak unit usaha lainnya di lingkup PTPN VI. Dimana, usia tanamnya dimulai tahun 2010, 2012, 2013 dan seterusnya.
“Apabila umurnya bertambah, produksi dari TBS sawit itu juga dengan sendirinya akan juga bertambah. Tentunya kedepan akan ada peningkatan target produkusi TBS sawit di unit usaha Lagan ini,” ujarnya.
Ditambahkan Achmedy Akbar, capaian dan upaya yang dilakukan PT MAI tak lepas dari core values BUMN yakni AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) yang ditanamkan ke seluruh karyawan.
Core Values atau nilai inti perusahaan adalah prinsip-prinsip penting yang memandu keputusan dan tindakan di perusahaan. Nilai-nilai inilah yang membimbing sebuah perusahaan ketika bekerja untuk mencapai visinya dan memenuhi misinya.
“Intinya akhlak itu apapun yang dibuat seseorang itu, dari niatan dia, dari akhlaknya dia menggambarkan keperbuatan dia nanti. Maksudnya ini dengan akhlak yang baik.”
“Yang paling tinggi sebetulnya selain dari pada kompetensi, ya integritas dari karyawan itu kita harapkan. Termasuk dari semua lah, mulai dari atas sampai ke bawah,” harap Achmedy Akbar saat dihubungi via percakapan WhatsApp, Selasa (14/6/2022) malam.
Dikutip dari laman resminya, PTPN VI memiliki 14 (empat belas) unit usaha, 8 (delapan) Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas keseluruhan 305 ton TBS per jam, 1 (satu) pabrik karet remah (CRF) dengan kapasitas pengolahan 20 ton karet kering per hari, 2 (dua) pabrik teh dengan kapasitas pengolahan 125 ton daun basah per hari, dan 2 (dua) unit mesin teh celup dengan kapasitas 1 (satu) mesin teh celup 150 kotak per jam atau 2,5 kotak per menit.
Bahan baku pengolahan pabrik, selain diperoleh dari hasil panen perkebunan sendiri, perusahaan juga membeli Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, Bahan Olah Karet (Bokar), dan pucuk daun teh dari petani pekebun di sekitar lokasi keberadaan perusahaan. Sebagai realisasi dari upaya perluasan areal, PTPN VI saat ini memiliki anak perusahaan, yaitu PT. Bukit Kausar, PT. Alam Lestari Nusantara dan PT. Mendahara Agrojaya Industri.
Diketahui, media gathering dilakukan PTPN VI bertujuan untuk mempererat silaturahmi, dan menjalin sinergitas media sebagai mitra strategis perusahaan.
Kunjungan 40 jurnalis yang digagas PTPN VI ke PT MAI merupakan hari kedua dari rangkaian media gathering. Sehari sebelumnya, jurnalis diajak melihat perkembangan produksi perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Bukit Kausar di Tanjabbar yang telah diakuisisi ke PTPN VI menjadi unit usaha Bukit Kausar. (Rolan)
Discussion about this post