SINARJAMBI.COM – Sebagai upaya dalam mendorong pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah, Bank Indonesia telah menyelenggarakan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) sejak tahun 2017 di tiga wilayah regional, yaitu di Sumatera, Jawa, dan Kawasan Timur.
Dijelaskan Kepala Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Jambi Suti Masniari Nasution, penyelenggaraan FESyar Regional Sumatera 2021 yang mengusung tema “Bersinergi Membangun Membangun Ekonomi dan Keuangan Syariah Untuk Memperkuat Momentum Pemulihan Ekonomi Regional”, merupakan sinergi KPwDN Bank Indonesia dan stakeholders di seluruh Kawasan Sumatera dan merupakan bagian dari kegiatan Road to Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) tahun 2021 yang akan diselenggarakan pada tanggal 25 s.d 30 Oktober 2021.
“Di tengah masa Pemulihan Ekonomi Nasional dan Regional, transformasi ekonomi diperlukan agar dapat memperkuat struktur perekonomian nasional untuk tumbuh tinggi dan berkelanjutan melalui penguatan sektor unggulan dan pemanfaatan peluang sumber pertumbuhan ekonomi baru,” jelasnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (12/8/2021).
Ditambahkannya, Ekonomi dan Keuangan Syariah telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru global yang didorong oleh pertumbuhan penduduk (muda) muslim yang tinggi, dan nilai-nilai etika islam yang mendasari tren halal lifestyle sudah merambah ke berbagai sektor. Mulai dari restoran dan supermarket, sampai ke produk kecantikan yang berlomba-lomba untuk menciptakan brand image halal.
Merujuk State of Global Islamic Economy Report 2020/2021, Indonesia berada pada 10 peringkat teratas sektor Halal (Food, Islamic Finance, Muslim Friendly Travel, Modest Fashion,Pharma Chosmetics, dan Media & Recreation), dan merupakan leader pada industri makanan halal yang pangsa pasarnya mencapai 13 persen total konsumsi makanan halal dunia.
“Dari sisi pembiayaan, merujuk pada Statistik Perbankan Syariah Otoritas jasa Keuangan pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada Bulan Mei 2021 juga tercatat tumbuh sebesar 7,38% (yoy) menjadi Rp390,25 Triliun dari sebelumnya sebesar Rp363,44 Triliun,” jelas Suti Masniari Nasution.
Namun demikian, di tengah potensi tersebut perlu menjadi concern bahwa peran Indonesia lebih kepada Big Market dan bukan sebagai player sehingga diperlukan penguatan rantai nilai industri halal secara berkesinambungan serta eliminasi permasalahan yang dihadapi UMKM seperti standarisasi produk, permodalan dan teknologi.
Dengan berperan sebagai AIR (Akselerator, Inisiator, dan Regulator), Bank Indonesia terus mendorong percepatan pengembangan ekosistem Halal Value Chain antara lain melalui Pengembangan Kemandirian Ekonomi Pesantren dan public campaign di daerah seperti penyelenggaraan FESyar Regional Sumatera 2021 yang memiliki fokus utama pengembangan sektor prioritas Halal Value Chain, yaitu sektor halal food dan modest fashion.
“Melalui kegiatan Business Coaching dengan topik “Fundamental of Business Management for Halal Food & Modest Fashion”, kami mengharapkan masyarakat, khususnya UMKM dapat memanfaatkan peluang tren halal lifestyle dalam mengembangkan usahanya didukung dengan manajemen bisnis yang kuat,” tutup Suti Masniari Nasution. (*/Lan)
Discussion about this post