SINARJAMBI.COM – Penyerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam sektor minyak dan gas (migas) yang penting. Hal ini dapat menciptakan multiplier effect. Seperti disampaikan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi dan Migas Bobby Gafur Umar.
Pada proyek kilang yang dikelola oleh PT Pertamina (Persero) misalnya. Proyek ini bisa menghabiskan anggaran USD50 miliar hingga USD65 miliar atau setara Rp800 triliun. Dengan anggaran ini, lanjutnya, industri migas di dalam negeri bisa menyerap TKDN. Apabila industri migas dapat menyerap TKDN 30 persen, bisa menciptakan multiplier effect senilai Rp240 triliun.
“Kita bayangkan jika 30 persennya saja industri dalam negeri bisa ambil kesempatan ini, bisa lebih dari Rp200 triliun. Kalau kita maunya lebih besar lagi dari 30 persen,” katanya dalam webinar ‘Membedah Peluang Bisnis 70 Triliun di Sektor Hulu Migas, Rabu (10/3/2021) seperti dilansir medcom.id.
Penggunaan TKDN Pertamina, menurut Bobby sudah relatif baik, yakni di atas 45 persen. Namun, komponen barang atau produknya masih rendah. Adapun komponen penggunaan TKDN yang tinggi dari Pertamina yakni pada jasa engineering serta pada penggunaan tenaga kerja lokal, namun untuk produk barang masih didominasi oleh impor.
Hal inilah, lanjut Bobby, yang membuat Presiden RI Joko Widodo meradang, karena perusahaan plat merah tersebut masih gemar menggunakan pipa impor. Hal ini membuat utilisasi pipa buatan nasional menjadi kecil.
“Produknya masih kecil, makanya kalau kita lihat kapasitas produksi pabrik pipa kita utilisasinya kurang dari 30 persen. Padahal market-nya ada, artinya (masih) diisi impor,” jelasnya. (*)
Discussion about this post