SINARJAMBI.COM – Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, Institut Pertanian Bogor bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Mendorong Karbonisasi Tandan Kosong Sawit dan Pemanfaatannya sebagai Soil Conditioner untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Kesuburan Tanah pada Perkebunan Sawit di Jambi, pada tanggal 2 Juli 2024.
Kegiatan ini merupakan kegitan tahun kedua dimana pada tahun sebelumnya telah dilaksanakan rangkaian dari kegiatan Workshop di 3 kota yaitu Pekanbaru (14 November 2023, Medan (21 November 2023 dan Palangkaraya.(28 November 2023). Pada Tahun 2024 akan dilaksanakan di 6 Kota yaitu Palembang (26 Juni 2024), Jambi (2 Juli 2024), Padang (5 Juli 2024), Pontianak (9 Juli 2024), Samarinda (11 Juli 2024) dan Palu (15 Juli 2024).
Pada tahun 2022, luas areal perkebunan sawit hampir 15,38 juta Ha dengan produksi Tandan Kosong Kelapa Sawit sekitar 47 juta ton. Berdasarkan analisis data proyeksi pada tahun 2050 akan dihasilkan Tandan Kosong Kelapa Sawit sekitar 103 juta ton. Oleh sebab itu Tandan Kosong Kelapa Sawit yang berlimpah ini perlu diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
Tandan Kosong Kelapa Sawit dihasilkan pada proses pengolahan Tandan Buah Segar Sawit menjadi CPO. Jumlah biomassa TKKS yang dihasilkan pada proses pengolahan sekitar 30-35% dari berat buah segar yang diolah. Saat ini pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit baik oleh Pabrik Kelapa Sawit ataupun oleh Masyarakat masih sangat terbatas. Secara komersial pemanfaatannya saat ini adalah untuk kompos, mulsa, dan pengerasan jalan-jalan di perkebunan. Sebagian besar Tandan Kosong Kelapa Sawit masih ditimbun (open dumping) atau dibakar di incinerator. Oleh sebab itu perlu dicari upaya pemanfaatannya yang lebih bernilai tambah tinggi.
Salah satu pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit yang bernilai tambah adalah dengan mengolahnya melalui proses karbonisasi dan memanfaatkannya sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit.
Berdasarkan hasil analisis budidaya perkebunan kelapa sawit, sekitar 80% biaya operasional perkebunan kelapa sawit adalah biaya pemupukan tanaman sawit. Saat ini hampir 100% pupuk yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit adalah pupuk kimia. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia pada perkebunan kelapa sawit. Penggunaan pupuk kimia di perkebunan kelapa sawit selain harganya yang mahal, kadang-kadang juga terbatas ketersediaanya dan juga dapat berdampak negatif pada kesuburan tanah di lahan perkebunan kelapa sawit.
Kunci keberhasilan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah kegiatan pemupukan. Pemupukan merupakan proses yang membutuhkan biaya yang terbesar yang harus dikeluarkan dalam kegiatan budidaya perkebunan kelapa sawit. Pada tanaman sawit kebutuhan pupuk untuk setiap umur tanaman sawit berbeda-beda.
Kelompok tanaman menghasilkan (TM) memerlukan dosis pupuk sekitar 2 – 4 kg/pohon dengan jumlah pemupukan 2 kali dalam 1 tahun. Bila diasumsikan 1 Ha kebun sawit dengan jumlah tanaman 143 pohon/Ha dengan kebutuhan pupuk sekitar 858 kg/Ha/tahun. Dengan luas perkebunan sawit Indonesia pada tahun 2022 adalah 15,38 juta Ha, maka kebutuhan pupuk untuk perkebunan sawit Indonesia diperkirakan sekitar 13 juta ton/tahun. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk menurunkan biaya pemupukan perkebunan sawit, agar biaya budidaya perkebunan sawit semakin efisien.
Berbagai usaha sudah dilakukan oleh perkebunan sawit untuk menurunkan biaya pemupukan, seperti penggunaan Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk mulsa. Namun penggunaanTandan Kosong Kelapa Sawit membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat diserap oleh tanaman sawit, dan juga masih membutuhkan biaya yang mahal dalam hal logistik dan distribusi untuk sampai ke kebun-kebun sawit.
Proses pengomposan Tandan Kosong Kelapa sawit membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar 2 – 4 bulan, tergantung teknologi yang digunakan. Jumlah pemakaian tandan kosong di lahan perkebunan sawit per pohonnya sebesar 200 kg untuk tanaman menghasilkan, dimana sejumlah tersebut harus ditambahkan setiap tahun.
Hal ini tentunya berdampak pada tingginya biaya transportasi tandan kosong sawit ke areal perkebunan. Selain itu, penggunaan kompos atau tandan kosong kelapa sawit sebagai pupuk organik, menyebabkan berkembangan kumbang tanduk yang dapat menurunkan produktivitas tanaman sawit. Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi pemupukan di perkebunan sawit adalah menggunakan Biochar atau Karbon dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Biochar hasil proses Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit dapat digunakan sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit.
Menurut Sarwono (2008), dalam setiap ton tandan kosong kelapa sawit mengandung unsur hara N 1,5%, P 0,5%, K 7,3% dan Mg 0,9%. Telah diketahui bahwa N, P, K dan Mg merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit. Selain unsur hara yang dikandung dalam Tandan Kosong Kelapa Sawit tersebut, juga terdapat mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tanaman sawit.
Penggunaan Biochar hasil proses karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Soil Conditioner memiliki keunggulan yaitu menjaga kelestarian kandungan bahan organik dan hara dalam tanah pada lahan perkebunan sawit. Dengan adanya usaha pengembalian bahan organik yang berasal dari Tandan Kosong Kelapa Sawit ke tanah di lahan perkebunan sawit, akan mempengaruhi populasi mikroba tanah secara langsung, yang akan berdampak dalam jangka panjang meningkatnya kesehatan, kesuburan dan kualitas tanah.
Kegiatan pemanfaatan Biochar dari Tandan Kosong Kelapa Sawit ini memiliki siklus yang sangat baik dimana Produk Ameliorant yang digunakan berasal dari sawit dan akan kembali ke lahan untuk perkebunan sawit. Selain itu berpotensi pula untuk menurunkan emisi CO2 melalui efisiensi penggunaan pupuk kimia dengan Biochar. Kedepannya terbuka pula peluang untuk mendapatkan Carbon Credit melalui Carbon Trading yang sekarang lagi menjadi trend.
Proses Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit menggunakan teknologi karbonisasi yang tepat hanya membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit, dengan rendemen sekitar 30% dengan catatan kadar air TKKS dibawah 15%. Selain dihasilkan Biochar (Karbon), juga dihasilkan Liquid Smoke (Asap Cair) sekitar 6% dan tar sekitar 3%.
Biochar yang dihasilkan dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan peningkatan mineral pada perkebunan kelapa sawit. Liquid Smoke yang dihasilkan sebagai hasil samping dapat digunakan untuk bahan pengawet ikan, produksi ikan asap, bio-desinfektan terutama untuk pengurang bau dan pengusir lalat pada peternakan unggas sseperti ayam dan puyuh, bahan baku flavour barbeque dan lain sebagainya yang bisa digali lebih lanjut. Sementara itu Tar yang dihasilkan dapat digunakan untuk bahan bakar ramah lingkungan.
Bila semua biomass TKKS di Indonesia (47,21 juta ton dengan kadar air 65% atau setara dengan 11 juta ton TKKS dengan kadar air 15%) dilakukan proses karbonisasi dengan teknologi yang tepat, maka akan dihasilkan sekitar 3,2 juta ton biochar TKKS. Artinya dapat digunakan sebagai soil conditioner untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia di perkebunan sawit sejumlah 483.000 Ha per tahun (asumsi pemberian biochar sebesar 2,9 ton/Ha kebun sawit per 5 tahun). Dalam 5 tahun berpotensi dilakukan pemberian biochar pada lahan perkebunan sawit seluas 2,4 juta Ha.
Berdasarkan hasil analisis dari PT BGA, penggunaan biochar dari tandan kosong sawit sebagai Soil Conditioner dapat mengurangi jumlah pupuk NPK yang digunakan sebesar 20%. Jumlah ini sangat signifikan, mengingat ketika harga pupuk kimia meningkat, maka 80% dari biaya perkebunan sawit berasal dari biaya pemupukan. Selain harga pupuk kimia yang semakin meningkat, kelangkaan pupuk juga sering dihadapi oleh petani sawit, terutama petani swadaya.
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk mendorong proses karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit yang tepat dan efisien, memberikan informasi karakteristik dan potensi Biochar (Karbon) Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan sawit, memberikan gambaran manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan terkait pemanfaatan Biochar Tandan Kosong Kelapa Sawit, serta memberikan gambaran estimasi penurunan emisi CO2 melalui pemanfaatan Biochar sebagai Soil Conditioner pada perkebunan kelapa sawit. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi petani kelapa sawit dan pabrik CPO terkait potensi dan manfaat Biochar dari Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Sponsor utama kegiatan workshop ini adalah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Kegiatan ini juga disupport oleh Perguruan Tinggi di Jambi, yaitu Universitas Jambi. (*)
Discussion about this post