SINARJAMBI.COM – Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menegaskan pentingnya kawasan Afrika sebagai mitra strategis dalam mencapai pembangunan ekonomi yang saling menguntungkan bagi Indonesia dan negara-negara di benua tersebut.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala N. Mansury, dalam sebuah pertemuan dengan media di Jakarta, Kamis (22/8/2024) jelang penyelenggaraan Indonesia Africa Forum (IAF) ke-2 yang akan dilaksanakan pada 1–3 September 2024 di Nusa Dua, Bali.
“Hal yang diharapkan adalah kita terus melakukan kerja sama, mengingat Indonesia dan Afrika ini memiliki banyak nilai strategis antara Indonesia dengan banyak negara-negara Afrika,” ujar Pahala.
Ia menekankan bahwa kerja sama ini sangat penting, terutama di tengah ketegangan konflik geopolitik yang terjadi saat ini. Negara-negara kawasan Selatan, termasuk Indonesia dan Afrika, diharapkan dapat menegaskan posisi non-blok mereka untuk mengurangi ketegangan tersebut.
Pahala juga menyoroti hak untuk mengembangkan sumber daya yang dimiliki oleh kedua belah pihak. “Right to develop ini salah satu hal yang ingin kita perjuangkan bersama,” tegasnya.
Dalam konteks ini, potensi kerja sama di sektor ketahanan energi menjadi sangat penting, mengingat Afrika memiliki 10 persen cadangan minyak dunia.
Selain itu, kekayaan mineral kritis seperti kobalt, litium, dan grafit juga menjadi fokus utama dalam IAF Ke-2, yang diharapkan dapat mendorong hilirisasi mineral kritis antara Indonesia dan Afrika.
Dengan populasi Afrika yang kini mencapai 1,4 miliar, Pahala menjelaskan bahwa ini adalah peluang besar bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi pasar ke nontradisional, termasuk dalam sektor kelapa sawit, makanan-minuman, dan pakaian.
“Diversifikasi pasar ini diharapkan dapat memberikan pasokan komoditas yang lebih beragam serta memperluas tujuan ekspor dan potensi investasi di luar negeri,” tambahnya.
Menurut data Bank Pembangunan Afrika, pertumbuhan ekonomi kawasan Afrika diperkirakan mencapai 3,2 persen pada 2023, dengan estimasi lonjakan menjadi 3,8 persen pada 2024.
“Ini adalah arti strategis dari Afrika kenapa kita mulai dari sekarang mengembangkan hubungan antara Indonesia dengan Afrika,” jelas Pahala.
IAF Ke-2 akan dihadiri oleh enam kepala negara atau pemerintahan dari Benua Afrika, dan bertujuan untuk memperkuat diplomasi ekonomi, kerja sama perdagangan, serta membuka akses pasar non-tradisional antara Indonesia dan negara-negara Afrika.
Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri RI Dewi Justicia Meidiwaty menambahkan bahwa kolaborasi dengan pihak ketiga juga menjadi prioritas penting dalam peningkatan hubungan ini. “Kerja sama triangular ini juga salah satu aspek yang bisa dikedepankan dalam hubungan kita dengan Afrika,” ujarnya.
Tema IAF Ke-2, “Bandung Spirit for Africa’s Agenda 2063”, diambil untuk merayakan 70 tahun peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang menunjukkan ikatan historis yang kuat antara Indonesia dan negara-negara Afrika.
Meidi menekankan pentingnya mengembangkan ikatan tersebut menjadi kerja sama ekonomi strategis yang berfokus pada isu-isu prioritas seperti kesehatan, energi, dan pangan.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia berharap IAF Ke-2 dapat menjadi momentum untuk memperkuat hubungan bilateral dan menciptakan peluang baru bagi kedua belah pihak dalam mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan. (Bayu Prasetyo/Razi Rahman/TR/Elvira Inda Sari).
Discussion about this post