SINARJAMBI.COM – Sejak awal mewabahnya virus covid-19 di Indonesia, penanganannya memfokuskan pada sisi hilir seperti pengobatan dan lainnya. Namun beberapa waktu ke belakang, strategi penanganan membasmi penyebaran virus covid-19 saat ini lebih difokuskan pada sisi hulu.
Seperti merubah perilaku hidup dengan tertib memakai masker, menjaga jarak, mencucui tangan dengan air mengalir dan menjauhi kerumunan.
Ini tak lepas dari semakin membaiknya prasarana pendukung pengobatan serta pemahaman para tenaga medis dalam menangani orang yang terpapar virus covid-19.
Demikian disampaikan ketua bidang perubahan perilaku satgas penanganan covid-19 nasional dr Sonny Harri B Harmadi pada webinar yang diadakan SKK Migas-KKKS PetroChina International Jabung (Ltd), Rabu (25/8/2021).
Sonny Harri B Harmadi menekankan pentingnya perubahan perilaku masyarakat dalam mengahadapi pandemi.
“Kemudian dalam perjalanannya para ahli, dokter-dokter juga semakin baik, semakin memahami tentang penyakit dan pandemi ini. Bagaimana terus kemudian bisa menangani sebaik-baiknya. Akhirnya kita merubah strategi kita, kalau dulu fokus pada hilir untuk percepatan penanganan pengobatan.”
“Sekarang kita lebih banyak pada upaya-upaya di hulu. Upaya di hulu itu sebenarnya ada dua, yang pertama adalah dengan strategi perubahan perilaku dan yang kedua adalah testing dan tracing,” jelas Sonny.
Strategi di hulu itu, tambah Sonny bagaimana mencegah terjadinya penularan sedini mungkin. Meski kasus aktif covid-19 sampai saat ini tembus 4 juta kasus, namun belakangan tren penularannya menurun signifikan. Meski demikian Sonny mengingatkan kasus kematian masih cukup tinggi.
“Kondisi di Jambi sudah membaik. Kami juga sangat mengapresiasi teman-teman (satgas) di Jambi, kasus terkonfirmasi positifnya kemarin 159 kasus, yang meninggal 4 orang dan juga kasus aktifnya juga mulai menurun,” ujar Sonny.
Dirinya pun menyinggung perilaku masyarakat yang kurang tertib dalam menjalankan berperilaku baik seperti memakai helm dan sabuk pengamanan yang kedua hal ini membutuhkan waktu sosialisasinya sampai dijalankan.
“Jadi membangun perilaku itu memang suatu hal yang tentunya menjadi tantangan tersendiri. Waktu itu saya tanya berapa lama saya harus merubah perilaku masyarakat Indonesia, maksimal 3 bulan katanya. Jadi memang membutuhkan waktu yang panjang dan Kita harus berkejaran dengan kondisi darurat mendorong perubahan perilaku masyarakat,” jelasnya.
Meski saat ini banyak varian virus covid-19 yang baru, tegas Sonny upaya pencegahannya tetap sama. Yakni pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan. Sony pun mengingatkan ada beberapa negara yang terlalu percaya diri dengan melonggarkan perilaku hidup protokol kesehatan setelah angka penurunan kasus aktif penularan.
Diantaranya Amerika, Israel dan Australia yang awal-awal begitu ketat penerapan protokol kesehatannya seperti pembatasa mobilitas warga.
“Tapi begitu ada pelonggaran, boleh nggak pakai masker. Apa yang terjadi, meledak kasusnya. Jadi bagaimanapun juga harus diakui bahwa cara efektif, cara terbaik melakukan pencegahan adalah dengan mematuhi protokol kesehatan,” ujar Sonny.
Sonny pun mencontohkan strategi merubah perilaku masyarakat, seperti memberi petunjuk pada tempat cuci tangan berupa stiker berbentuk telapak kaki. Ternyata, kata Sonny banyak orang yang mengikuti petunjuk tersebut.
“Sehingga harapannya orang bisa berubah perilakunya, ada motivasi. Pengetahuan berubah menjadi perilaku kalau ada motivasi di dalamnya. Lalu apa tegline yang kami gunakan, (yaitu) ingat pesan Ibu iman, aman dan imun.”
“Kami punya strategi intervensi pada individu, pada keluarga, pada institusi, komunitas dan masyarakat. Sebetulnya ini strategi generik yang bisa dibuat atau diterapkan pada siapapun dalam rangka merubah perilaku masyarakatnya. Jadi yang kami bangun dengan pengaturan tadi menciptakan internal control. Jadi orang itu mengontrol dirinya dengan pengetahuan.”
“Pakai masker itu penting, kenapa. Karena menghindarkan kita dari tertular orang lain dan menularkan orang lain. Jaga jarak mesti karena droplet itu bisa menjangkau sampai jarak 2 meter, makanya jaga jarak minimal 2 meter itu sangat disarankan. Kemudian cuci tangan selama 20 detik dengan sabun itu penting kemudian bilas dengan air mengalir. Karena 20 detik itulah saat dimana lemak pelindung dari materi genetik virusnya itu selama 20 detik ketika kena sabun bisa lepas dan menyebabkan virusnya mati. Jadi pengetahuan itu harus diberikan, harus ada internal control di dalamnya diri setiap orang.”
“Tetapi kontrol internal saja tidak cukup, karena ada namanya konformitas yaitu menurut para sosiolog dan psikolog orang itu bisa perilakunya baik ketika dia berada dalam komunitas yang baik. Orang itu perilakunya bisa buruk, ketika dia di dalam komunitas yang buruk. Maka kita juga harus menciptakan norma baru di dalam komunitasnya, sehingga komunitas tadi bisa mengontrol individu yang ada di dalamnya,” papar Sonny panjang lebar.
Webinar turut diikuti Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagsel, Anggono Mahendrawan dan Dencio Renato Boele selaku VP HR & Relations PetroChina International Jabung (Ltd). (Rolan)
Discussion about this post