HUBUNGI KAMI
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUAROJAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM
Cahaya Baru Masyarakat Jambi
No Result
View All Result
PARTNER
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUAROJAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM
Cahaya Baru Masyarakat Jambi
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM

Pasar TAC: Apakah Revitalisasi Ini Realistis dan Efektif ?

Opini

Senin, 8 September 2025
in OPINI
A A
Foto : ist

Foto : ist

ShareTweetSendCode

Pasar bukan sekadar ruang transaksi, melainkan denyut nadi kehidupan sosial dan ekonomi rakyat. Namun, revitalisasi yang semestinya menjadi jalan untuk menghidupkan denyut itu kerap berubah menjadi proyek setengah hati yang justru mematikan kehidupan pasar.

Kita bisa belajar dari banyak kasus kegagalan revitalisasi di sejumlah daerah, pasar yang dibangun megah tetapi kehilangan pembeli, pedagang tersingkir karena biaya kios yang tak terjangkau, hingga ruang interaksi sosial yang hilang. Alih-alih menyejahterakan rakyat kecil, proyek itu malah menjauhkan pasar dari ruhnya sebagai pusat perputaran ekonomi masyarakat.

Pertanyaan pun mencuat: apakah revitalisasi Pasar TAC benar-benar realistis dan efektif, atau hanya akan menambah daftar panjang kegagalan revitalisasi pasar di negeri ini?

Pertanyaan tentang masa depan Pasar TAC bukan hanya soal menghidupkan kembali kios-kios yang kosong, melainkan soal bagaimana pasar tradisional bisa bertahan di tengah derasnya arus perubahan zaman.

SekilasBerita

Perlindungan Anak vs Pendidikan Anak: Urgensi Undang-Undang dan Teori Pendidikan

Menyiapkan Tuan di Negeri Sendiri : Suara Hati Samsul Riduan,.S.T, dari Bumi Sarolangun untuk Jambi

Tantangan Inflasi Jambi: Antara Harga, Harapan dan Kecepatan Bertindak

Batik Jambi: Mampukah Menjadi Kompetitor Estetik Dunia di Era Digital?

Di Kota Jambi, Pasar TAC yang pernah dielu-elukan sebagai pasar sehat kini justru tampak muram. Bukan karena kehilangan lokasi strategis, melainkan karena kehilangan daya tarik di hati pembeli.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jambi 2023 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran hanya naik 2,31 persen, lebih lambat dibanding sektor informasi dan komunikasi yang melesat 7,02 persen (BPS Kota Jambi, 2023).

Angka ini menandakan satu hal, kebiasaan belanja masyarakat beralih. Masyarakat Jambi kini lebih nyaman mengakses produk lewat ritel modern dan platform digital.

Pandemi COVID-19 mempercepat transformasi ini. Laporan Bank Indonesia Perwakilan Jambi (2022) mencatat transaksi digital meningkat lebih dari 40 persen selama masa pandemi. Pasar TAC, yang mengandalkan keramaian tatap muka, langsung terpukul.

Pedagang kehilangan omzet, pembeli enggan datang, dan pasar kehilangan atmosfernya sebagai pusat interaksi sosial.
Pemerintah Kota Jambi kemudian meluncurkan rencana revitalisasi Pasar TAC. Konsep yang ditawarkan terdengar menjanjikan. Kolaborasi dengan BUMD dan investor swasta, digitalisasi sistem retribusi, perbaikan infrastruktur, serta penguatan citra lewat festival budaya atau ruang kreatif. Namun, pertanyaan krusial tetap menggantung, seberapa realistis gagasan ini diwujudkan?

Di atas kertas, revitalisasi bisa menjadi solusi. Tetapi masalah mendasarnya bukan hanya fisik bangunan, melainkan kebiasaan konsumsi masyarakat. Tanpa lahan parkir yang memadai, pengunjung tetap enggan datang. Tanpa integrasi digital yang serius, Pasar TAC hanya akan jadi replika pasar lama dengan wajah baru.

Contoh dari kota lain sepatutnya jadi cermin. Pasar Santa di Jakarta Selatan pernah nyaris mati suri, tetapi bangkit kembali setelah pemerintah dan komunitas muda menjadikannya ruang kreatif tempat transaksi bertemu budaya dan hiburan. Pasar TAC pun bisa mengambil pelajaran serupa.

Pasar tidak cukup hanya diperbaiki, tapi harus diposisikan ulang sebagai ruang hidup yang relevan dengan generasi sekarang.Tanpa itu, revitalisasi berisiko berhenti sebagai proyek seremonial yang sekadar mempercantik tampilan.

Sejarah Pahit: Belajar dari Revitalisasi yang Gagal

Kegagalan revitalisasi bukan sekadar teori, banyak pasar di Indonesia yang dihitung pekerjaan sukses secara fisik, tapi gagal menjaga pasar sebagai ruang hidup:

• Pasar Turi, Surabaya (2007–2015): Setelah dibangun dengan konsep modern, banyak pedagang lama tak mampu bertahan karena harga kios tinggi dan konflik berkepanjangan antara pengembang, pemerintah, dan pedagang. Pasar legendaris itu pun kehilangan denyut ekonominya.

• Pasar Johar, Semarang: Usai kebakaran, pasar dibangun kembali secara megah. Sayangnya biaya sewa kios melonjak sehingga gedung besar tampak sepi, sementara pedagang kecil memilih berjualan di pinggir jalan.

• Pasar Klewer, Solo: Pasca revitalisasi, suasanan pasar batik justru kehilangan atmosfirnya. Pengunjung menurun, interaksi sosial memudar, budaya runtuh di tengah gemerlap fisik.

Kegagalan-kegagalan itu menunjukkan bahwa revitalisasi yang hanya mengutamakan struktur fisik dan estetika ternyata tidak cukup tanpa memperhatikan ruang hidup, biaya, dan kebutuhan pedagang serta pengunjung.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2023) menunjukkan bahwa jumlah pasar tradisional di Indonesia terus menurun, sementara pasar modern meningkat 8–10 persen setiap tahun.

Laporan AC Nielsen (2022) bahkan mencatat bahwa konsumen kelas menengah kini cenderung beralih ke minimarket dan supermarket karena kenyamanan dan standar pelayanan yang lebih baik.

Fakta ini menegaskan, revitalisasi pasar tradisional yang hanya berorientasi pada infrastruktur semata tidak cukup untuk mengembalikan daya tarik. Namun, di tengah banyaknya contoh kegagalan revitalisasi pasar di Indonesia, Jambi memiliki konteks yang tak kalah penting untuk ditinjau.

Data menunjukkan peran besar pasar tradisional dalam menopang ekonomi lokal, khususnya di Kota Jambi.
Peran Sentral Pasar Tradisional di Jambi

* Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kota Jambi mencapai 33 % pada 2022. Artinya, sepertiga penggerak ekonomi kota berasal dari sektor ini (https://ruangdata.jambikota.go).

* Jumlah pasar daerah di Jambi tercatat sebanyak 19 unit, 3 di antaranya dikategorikan sebagai pasar sehat, mengindikasikan pentingnya pasar tradisional sebagai infrastruktur ekonomi dan social (https://ruangdata.jambikota.go).

* Pendapatan rata-rata wanita pedagang sayur di Pasar Angso Duo Baru mencapai sekitar Rp 1.54 juta per bulan, sementara pedagang tertentu (seperti penjual sawi, bayam, kangkung) bahkan memperoleh hingga Rp 3.52 juta per bulan, menegaskan pasar sebagai sumber penghidupan rumah tangga yang vital (https://repository.unja.ac.id).

Pasar TAC: Antara Re·vitalisasi dan Reimaginasi

Revitalisasi Pasar TAC jangan berhenti pada rencana perbaikan bangunan dan pengembangan infrastruktur saja. Pasar TAC harus direimajinasikan sebagai ruang hidup yang inklusif, berbudget terjangkau dan ramah bagi semua pelaku ekonomi kecil.

Artinya, revitalisasi harus menyentuh aspek keberlanjutan, mulai dari pola manajemen, akses permodalan bagi pedagang, hingga penciptaan atmosfer yang membuat masyarakat nyaman kembali menjadikan pasar sebagai pilihan utama.

Tanpa itu semua, pasar hanya akan indah di atas kertas, tetapi kehilangan denyut kehidupan yang sesungguhnya. Untuk mewujudkan keberlanjutan itu, dibutuhkan sinergi yang nyata antara pemerintah, pedagang, dan masyarakat sebagai pengguna utama pasar.

Revitalisasi Pasar TAC bukan semata proyek pemerintah, melainkan panggilan kolektif seluruh warga kota. Pemerintah dituntut konsisten, berani melakukan terobosan dan benar-benar berpihak pada pedagang kecil, sementara masyarakat perlu menumbuhkan kembali kebanggaan berbelanja di pasar rakyat.

Jika kolaborasi ini terwujud, Pasar TAC tidak hanya bangkit dari keterpurukan, tetapi juga dapat menjelma menjadi ikon kebangkitan ekonomi kerakyatan Jambi di tengah arus digitalisasi.

Pada akhirnya, Pasar TAC bukan sekadar ruang dagang, melainkan representasi identitas kota, jantung ekonomi rakyat sekaligus ruang kebersamaan sosial. Inilah ujian terbesar, apakah Pasar TAC akan berakhir sebagai monumen kegagalan revitalisasi seperti banyak pasar lain di negeri ini atau justru menjadi simbol masa depan ekonomi rakyat yang inklusif, berdaya saing, dan berkeadilan.

Penulis : Yulfi Alfikri Noer S. IP., M. AP
Akademisi UIN STS Jambi

Previous Post

Bupati Syukur Resmikan SPBU di Sungai Manau

Next Post

Lewat Sinergi, Kapolda Jambi : Kita Bisa Putus Mata Rantai Narkoba dan Judol

Next Post
Kapolda Jambi Irjen Pol Krisno. (Foto : ist)

Lewat Sinergi, Kapolda Jambi : Kita Bisa Putus Mata Rantai Narkoba dan Judol

Foto

Wamen Viva Yoga Apresiasi Gubernur Al Haris Kembangkan Kawasan Transmigrasi di Jambi

Foto : ist

Polda Jambi Peringati Haornas 2025

Foto : ist

Gubernur Al Haris Tegaskan Perubahan APBD 2025 Berorientasi pada Kepentingan Masyarakat

Wakapolda Jambi Brigjen Pol Mustaqim. (Foto : ist)

Polda Jambi Gelar Doa Bersama dan Maulid Nabi

Discussion about this post

Pencarian

No Result
View All Result

Indeks

Oktober 2025
MSSRKJS
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031 
« Sep    

KOLOM IKLAN

Cahaya Baru Masyarakat Jambi

© 2023 Sinar Jambi - Jalan Lingkar Selatan II, RT 28, Blok B-8, Kelurahan Lingkar Selatan, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi. Developed by Ara.

  • BERANDA
  • KODE ETIK
  • PEDOMAN
  • REDAKSI
  • PERLINDUNGAN
  • DISCLAIMER

Media Sosial

No Result
View All Result
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUAROJAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM