SINARJAMBI.COM – Sejak akhir tahun 2023 lalu, banjir besar melanda Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci. Bahkan, sampai sekarang banjir masih merendam beberapa lokasi. Ternyata, banyak faktor penyebab banjir tersebut. Salah satunya curah hujan yang sangat tinggi.
Dari data yang disampaikan Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI Jambi, David Partonggo Oloan Marpaung bahwa curah hujan terus menerus turun di Sungai Penuh dan Kerinci. Terutama pantauan dari tanggal 26 Desember 2023 sampai 26 Januari 2024 di 12 pos sensor curah hujan BWSS VI Jambi.
“Kita punya 12 sensor curah hujan yang tersebar hanya di lokasi (sungai) Batang Merao. Dari situ kita identifikasi dari tanggal 26 Desember ternyata ada hujan 81 (mm/hari), kalau 81 itu sudah termasuk hujan yang sangat lebat bahkan cenderung ekstrim. Ternyata sampai tanggal 26 Januari tidak berhenti, hujan terus.”
“Bahkan yang tanggal 31 Desember itu 115 (mm/hari). Kemudian di tanggal 1 Januari (2024) itu 141, disitulah kemungkinan banjir besar. Kalau misalkan di sini (1 Januari) hanya hujan sendiri, disini (sebelum tanggal 1 Januari) tidak, masih mending. Artinya resapan masih bisa.”
“Tapi disini (sebelum tanggal 1 Januari) sudah hujan. Mungkin sebelum tanggal 26 Desember pun sudah hujan. Akhirnya (tanah) jenuh, jenuh, jenuh, jenuh, jenuh, jenuh. Belum surut, tambah lagi, tambah lagi, tambah lagi. Semua hujan ini masuknya ke Batang Merao. Artinya tidak ada hujan yang terjadi disini tidak berpengaruh ke Batang Merao,” jelas David panjang lebar di FGD penanganan banjir sungai Batang Merao yang diadakan Pemkot Sungai Penuh di hotel Aston, Selasa (7/5/2024) pagi.
Dua belas pos sensor curah hujan itu yakni terletak di pos Kersik Tuo, Tanjung Genting, Siulak Deras, Semurup, Koto Limau Sering, Pulau Tengah, Jujun, Hiang, Sanggaran Agung, Tamiai, Muara Hemat dan Lempur. Berikut data curah hujan pada 12 pos tersebut :
Selain curah hujan, tambah David, banjir besar lalu juga dipengaruhi oleh perubahan tata guna lahan, adanya sedimentasi, longsor pada tebing sungai dan penyempitan alur sungai sampai masalah klasik yakni sampah yang menumpuk di aliran sungai.
Khusus terkait perubahan tata guna lahan, David menampilkan fakta cukup mencengangkan. Dari slide paparannya yang diambil dari citra satelit Google Earth, terlihat kondisi alam Kerinci di hulu sungai Batang Merao semakin parah akibat ulah tangan manusia. Dilihat dari tahun 2012, kondisinya masih cukup asri dan hijau. Namun, foto satelit menunjukkan perubahan pada tahun 2016. Kondisi semakin para pada foto satelit tahun 2019. Dilihat sinarjambi.com bahwa salah satu perubahan tata guna lahan itu akibat adanya galian C.
Dikatakan David, ada baiknya aktifitas peningkatan perekonomian masyarakat melalui pertambangan diimbangi dengan menjaga kelestarian lingkungan. Tentunya dengan mengikuti batasan sesuai aturan yang ada. Sehingga, kondisi alam Kerinci masih sanggup menjadi resapan air hujan dan tidak langsung memenuhi sungai Batang Merao sepanjang 57 km yang sangat vital.
David pun mewanti-wanti, agar hulu sungai Batang Merao tidak terjadi seperti di daerah-daerah lain yang telah mengalami kerusakan alam yang cukup parah akibat perubahan tata guna lahan.
“Peningkatan perekonomian masyarakat tetap harus ditingkatkan, cuma bagaimana Kita harus balance, harus seimbang. Saya pengen awarenes kita jangan seperti ini,” jelasnya sambil menunjukkan kondisi sungai Batang Asai yang berubah drastis.
“Kuncinya buat Kita semua di ruangan ini tentunya (penerapan) regulasi. Untuk itu maka kami dari Balai Wilayah Sungai hanya berkewajiban disini (struktur). Kami bangun tanggul, Kami bangun check dam, Kami bangun sodetan. Tetapi ketika strukturnya kita saja, maka seberapa cepat Kami menjalankan sungai, seberapa lebar sungai, ketika ini (non struktur seperti pengaturan tata guna lahan) tidak dilaksanakan, maka gak lama juga balik lagi.”
“Namun demikian juga memang, ketika kita sudah mengatur tata guna lahannya Kita kendalikan tapi tanggulnya nggak dibangun-bangun, normalisasi sungainya nggak dilaksanakan sama juga. Makanya Kita perlu sama-sama. Kami disini mengajak seluruhnya seperti yang disampaikan Pak Wakil Gubernur, beliau menyampaikan bahwa kolaborasi adalah suatu hal yang menjadi kunci dalam mengurangi resiko banjir,” urai David.
FGD sebelumnya dibuka Wakil Gubernur Jambi Abdullah Sani. Tampak hadir Wali Kota Sungai Penuh Ahmadi Zubir, Pj Bupati Kerinci Asraf dan stakeholder lainnya seperti pihak TNKS Kerinci serta undangan lainnya. (Rolan)
Discussion about this post