SINARJAMBI.COM – RS Bhayangkara Polda Jambi kini punya alat kesehatan terbaru. Terapi Hiperbarik oksigen namanya. Pemakaiannya pun telah diresmikan Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono, Selasa (23/1/2024) pagi.
Bersama Wakapolda Jambi Brigjen Pol Edi Mardianto, Rusdi Hartono dan PJU Polda Jambi lainnya mencoba alat tersebut dengan seragam khusus. Rombongan Kapolda-Wakapolda dan PJU lainnya berada dalam alat Hiperbarik sekitar 1 jam lebih.
Bahkan, sebelum memasuki ruangan alat terapi Hiperbarik berkapasitas 12 kursi itu, dilakukan briefing oleh AKBP dr Judy terkait standar operasional prosedur (SOP). Pada terapi kali ini, diberikan tekanan oksigen setara dengan kedalaman 14 meter di bawah permukaan air laut.
Dijelaskan ahli terapi Hiperbarik dari Kasubbidkespol Biddokkes Polda Sulteng AKBP dr Judy Dermawan, M.Mkes bahwa fungsi utama alat Chamber Hiperbarik oksigen ini awalnya digunakan untuk para penyelam yang sudah melakukan penyelaman atau apabila terjadi kecelakaan penyelaman.
“Maka dengan alat ini, dilakukan dekompresi bagi penyelam. Itu dilakukan dekompresi di sini, awalnya digunakan begitu. Seiring dengan perkembangan zaman akhirnya apa, dilakukan penelitian sehingga ternyata alat ini juga bisa digunakan untuk penyakit-penyakit, untuk pasien-pasien yang mengalami diabetes.”
“Kemudian penyakit jantung koroner, kemudian diabet yang dengan luka yang kadang sampai busuk itu harus amputasi untuk penyembuhan yang lebih baik menggunakan hiperbarik ini. Kemudian keracunan gas monoksida, karbon monoksida ya dari knalpot kendaraan bermotor,” jelasnya ditemui di sela-sela terapi.
Hebatnya, ternyata di seluruh RS Bhayangkara se-Sumatera baru RS Bhayangkara Polda Jambi yang punya alat ini. Dr Judy juga menjelaskan SOP yang harus dipatuhi pasien sebelum memasuki alat terapi.
Salah satu yang utama yakni dilarang membawa alat berbahan logam, seperti HP dan lainnya. Ia juga mengingatkan bahwa dalam proses terapi terkadang terjadi keracunan oksigen. Namun itu ditegaskan dr Judy adalah sesuatu yang lumrah terjadi pada tubuh yang mendapatkan oksigen murni.
Pasalnya, sehari-hari normalnya manusia hanya mendapatkan 20 persen oksigen yang bersih.
“Pastinya semua SOP berkaitan dengan hiperbarik ini sebenarnya hampir sama dengan SOP untuk penyelaman, yang mana semuanya berprinsip untuk safety. Diantara yang dilarang barang-barang yang mudah terbakar.”
“Tadi Saya menyampaikan terkait ada kemungkinan misalnya keracunan oksigen, apabila pasiennya itu tarik nafas dalam-dalam. Karena apa, kondisi udara biasanya 20 persen, tapi kalau ini kan lebih mudah untuk terjadi tekanan karena 100 persen oksigen murni yang dihirup,” ujar dr Judy. (Lan)
Discussion about this post