HUBUNGI KAMI
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUAROJAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM
Cahaya Baru Masyarakat Jambi
No Result
View All Result
PARTNER
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUAROJAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM
Cahaya Baru Masyarakat Jambi
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM

Tsunami Aceh (3-habis)

Selasa, 26 Desember 2023
in OPINI
A A
ShareTweetSendCode

Hari ketiga di kota Banda Aceh, Saya masih penasaran dengan kondisi pasca Tsunami. Salah satu sasaran Saya adalah tempat dahulu menimba ilmu. SMP Negeri 1 Kota Banda Aceh. Bergegas sekali Saya pagi-pagi ke sana. Sekolah itu berada di seputaran lapangan Blang Padang. Seperti dijelaskan pada tulisan Saya sebelumnya, kawasan ini bisa di bilang elit. Tak jauh dari sini, berdiri Mesjid kebanggaan masyarakat Aceh. Mesjid Baiturrahman. Di sampingnya ada terminal Labi-labi. Labi-labi sebutan untuk angkot dalam kota.

Mungkin cukup aneh di telinga orang di luar Aceh. Dari terminal inilah, hampir setiap hari Saya pulang dan pergi ke sekolah dari rumah di Lueng Bata. Ada cerita lucu terkait angkot khas Banda Aceh ini. Di hari-hari pertama baru pindah ke Banda Aceh, Saya diantar orangtua pakai mobil ke sekolah. Dianggap sudah cukup tahu jalanan kota, selanjutnya bapak Saya menyuruh naik angkot ke sekolah. Pengalaman pertama naik angkot ini lah yang lucu.

Sekian menit menunggu di pinggir jalan depan rumah, tiba teman sepermainan di lingkungan rumah. Kami pun sama-sama menunggu angkot lewat jurusan sekolah. ‘Lama juga ya, Labi-labinya lewat’. Itu diucapkan teman tadi. Saya tertegun. ‘Labi-labi?’ Setelah dijelaskannya, Kami pun tertawa. Ia tertawa karena keheranan Saya. Itulah pertama kali Saya tahu sebutan angkot di Banda Aceh.

Kembali ke sekolah Saya tadi. Saya menjumpai warga di pekarangan sekolah. ‘Peuhaba‘. Sapa Saya dengan bahasa Aceh yang sedikit masih Saya kuasai. Itu artinya ‘Apa Kabar’. Lagi-lagi Saya lupa seperti apa kondisi rusaknya sekolah. Yang diingat memang rusak parah. Saya pun tidak bisa melihat ruang waktu duduk di kelas 2. Seingat Saya, ruangannya paling belakang. Tapi, ruang kelas 3 masih terlihat. Ini karena ruang itu berada paling depan. Meski hanya 1,5 tahun menimba ilmu di sini, banyak kesan yang didapat.

SekilasBerita

Menjaga Hak Privasi: Tanggung Jawab Negara dalam Perlindungan Data Pribadi

Pers vs Kreator Konten Digital: Tantangan Regulasi di Era Transformasi Media

Penjelasan PI 10 Persen

Perkiraan Dampak Kebijakan Tarif Baru Trump Terhadap Sektor Pariwisata

Salah satu yang berkesan, yakni ditunjuk pihak sekolah bersama puluhan siswa lain saat Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) diluncurkan tahun 1991. Saat itu, presiden Soeharto melakukan dialog secara langsung dari Jakarta. Memang Saya hanya jadi penggembira. Ada teman Saya yang ditunjuk berdialog dengan Pak Harto. Tapi itu menjadi kenangan tersendiri. Siapa sangka, kelak Saya menjadi seorang jurnalis.

Puas melihat sekolah, Saya bergeser ke SMAN 1 Kota Banda Aceh. Jaraknya hanya selemparan batu dari SMPN 1 tadi. Satu barisan. Saya masih ingat tiang pilar depan gedung sekolah itu masih kokoh berdiri. Di halaman sekolah masih terlihat puing sampah terbawa Tsunami. Penasaran, Saya menjelajahi ke dalam.

Tak lama, Saya mendengar suara hiruk pikuk di luar. Belum sempat ke luar gedung, Saya menjumpai personel TNI. Lengkap dengan senjata laras panjang dan helm khas pasukan elit. Kaca mata besar khas TNI dan kain sebo menutup wajah mereka. Wajah nyaris tak terlihat. Kaget. Cemas. Campur aduk. Saya sempat ditanya ngapain berada di dalam gedung sekolah. Setelah menunjukkan identitas, mereka pun tak mempermasalahkan keberadaan Saya.

Ternyata, mereka mengawal komandannya meninjau gedung SMAN 1 ini. Ada empat bintang di topi yang digunakan komandannya. Saya pun langsung mengenali. Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Ya, rezeki nomplok ketemu petinggi negeri. Personel TNI yang mengawal tak melarang Saya memotret Panglima TNI. Saya ingat betul saat Endriartono Sutarto melongok dari jendela melihat kondisi di luar gedung. Momen itu Saya abadikan.

Tak mau membuat Ia tak nyaman, Saya pun memperkenalkan diri. Ia kaget saat Saya bilang wartawan foto dari Jambi. ‘Jauh juga ya Mas, liputan kemari‘. Ia lebih kaget lagi begitu tahu kalau Saya pernah menetap di Banda Aceh. ‘Ini sekolah Mas dulu ya?’. Saya jelaskan kalau SMP saya berjarak dua gedung saja dari sini. Cuma 5 menit Kami saling sapa. Saya duluan keluar gedung. Di luar, terlihat beberapa panser parkir. Persis di pinggir lapangan Blang Padang. Sepertinya, Panglima TNI menumpangi panser itu.

Tujuan Saya selanjutnya ke rumah yang begitu menyita perhatian saat Tsunami. Lokasinya di Gampong Lanjamee, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh. Itulah rumah Cut Putri. Ia penyintas Tsunami. Dengan handycam, Ia merekam dahsyatnya air Tsunami. Ia selamat naik ke lantai dua rumahnya. Pagi itu, sang paman perwira menengah Polda Aceh menjadi korban saat baru saja keluar mengendarai mobil hendak ke kantor. Cukup lama Saya memandangi sekitar rumah itu. Merinding saat teringat cuplikan rekaman video Cut Putri.

Di sekeliling rumah itu, tak banyak bangunan tersisa. Hampir rata dengan tanah. Di sini, banyak relawan dan personel TNI-Polri membersihkan puing-puing. Yang bikin Saya terkesan, terlihat Tentara Diraja Malaysia ikut membantu. Saya tahu karena salah seorang tentara membawa bendera Malaysia di atas ranselnya. Saya sempat berfoto dengan beberapa tentara itu.

Tiba waktunya meninggalkan provinsi dengan julukan lainnya yakni Tanah Rencong. Rencong adalah senjata tajam khas Aceh. Saya untuk pertama kalinya memasuki kawasan bandara Blang Bintang di Aceh. Karena selama tinggal di Aceh, Saya tidak pernah naik pesawat. Kini, bandara itu bernama Sultan Iskandar Muda.

Dari pusat kota, pasti melintasi rumah dinas orangtua Saya. Tak jauh. Hanya 20 menit. Di bandara, begitu banyak pesawat dan helikopter. Komersil dan Militer. Baik milik TNI-Polri, maupun milik negara lain yang mengantar bantuan. Aktifitas bandara sangat sibuk. Hiruk pikuk. Pesawat dan helikopter silih berganti pergi dan datang.

Saya cukup terpukau dengan pemandangan banyaknya helikopter itu. Helikopter milik Amerika Serikat yang mencuri perhatian Saya. Ukurannya cukup besar. Plus personel yang dikerahkan. Pasalnya, selama ini Saya hanya melihat aksi mereka di televisi. Baik di berita maupun film. Di momen ini salah satu yang paling Saya sesali. Tak sedikitpun terpikir untuk memotret. Jangankan sekedar berswafoto dengan tentara asing, memotret aktifitas mereka pun tidak. Seingat Saya, kamera sudah dikemas rapi dalam tas ransel. Saya tidak mau ambil resiko barang tercecer. Apalagi, jadwal keberangkatan pesawat Saya sudah dekat.

Sejurus kemudian, pengeras suara di terminal bandara memanggil penumpang pesawat Jatayu Air. Itu pesawat yang akan Saya tumpangi menuju Jakarta. Setelah lepas landas, pandangan Saya arahkan ke jendela. Terlihat daratan dekat sisi pantai Aceh yang digenangi air laut. Di momen ini Saya sedih. Meninggalkan kota yang sangat berkesan bagi Saya. Dalam hati, entah kapan lagi bisa ke sini. Alhamdulillah, 16 tahun kemudian Saya kembali datang ke Nanggroe Aceh Darussalam. Bahkan dua tahun berturut-turut, 2021 dan 2022.

Hari ini 26 Desember 2023, tepat 19 tahun lalu bumi Aceh diguncang gempa dahsyat berkekuatan 9,1 magnitudo (skala richter). Bencana diperparah dengan terjangan air Tsunami. Ratusan ribu nyawa melayang. Kilasan peristiwa di atas Saya tulis sebagai pengingat akan bencana memilukan itu. Wassalam.

Penulis : Rolanda Hasibuan, Pemimpin Redaksi sinarjambi.com

Previous Post

Menteri ATR/Kepala BPN Peroleh Men Of The Year dari Majalah Men’s Obsession

Next Post

Pencari Besi yang Tenggelam di Sungai Batanghari Ditemukan Mengapung

Next Post
Pencari Besi yang Tenggelam di Sungai Batanghari Ditemukan Mengapung. (Foto : ist)

Pencari Besi yang Tenggelam di Sungai Batanghari Ditemukan Mengapung

Hadiri Doa Syukur dan Dzikir Akhir Tahun, Gubernur Al Haris Harap Pemilu 2024 Aman. (Foto : Rolan - sinarjambi.com)

Hadiri Doa Syukur dan Dzikir Akhir Tahun, Gubernur Al Haris Harap Pemilu 2024 Aman

5.000 Sertipikat Tanah akan Dibagikan Presiden Jokowi di Jawa Timur. (Foto : ist)

5.000 Sertipikat Tanah akan Dibagikan Presiden Jokowi di Jatim

Sinergitas Tim Gabungan TNI AL Gagalkan Penyelundupan 3.300 Gram Narkoba di Perairan Sebatik. (Foto : ist)

Sinergitas Tim Gabungan TNI AL Gagalkan Penyelundupan 3.300 Gram Narkoba di Perairan Sebatik

Gubernur Al Haris : Data Penting untuk Mengambil Langkah Cepat dan Konkret

Discussion about this post

Pencarian

No Result
View All Result

Indeks

Mei 2025
M S S R K J S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Apr    

KOLOM IKLAN

Cahaya Baru Masyarakat Jambi

© 2023 Sinar Jambi - Jalan Lingkar Selatan II, RT 28, Blok B-8, Kelurahan Lingkar Selatan, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi. Developed by Ara.

  • BERANDA
  • KODE ETIK
  • PEDOMAN
  • REDAKSI
  • PERLINDUNGAN
  • DISCLAIMER

Media Sosial

No Result
View All Result
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUAROJAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM