HUBUNGI KAMI
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUAROJAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM
Cahaya Baru Masyarakat Jambi
No Result
View All Result
PARTNER
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUAROJAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM
Cahaya Baru Masyarakat Jambi
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM

Khawatir Penularan Virus Nipah dari Malaysia, Indonesia Diminta Waspada

Kamis, 28 Januari 2021
in RAGAM
A A
Virus Nipah Diwaspadai Jadi Pandemi Baru di Asia (Getty Images/Lauren DeCicca)

Virus Nipah Diwaspadai Jadi Pandemi Baru di Asia (Getty Images/Lauren DeCicca)

ShareTweetSendCode

SekilasBerita

Kapolsek Binakal Polres Bondowoso : Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita

Kementerian ATR/BPN Terus Percepat Sertipikasi Tanah Wakaf

BNNP Riau Kini Tempati Gedung Baru

Ketum LDII Apresiasi Pemerintah Terkait Pelaksanaan Haji

SINARJAMBI.COM – Belakangan ini, virus nipah dari Malaysia jadi kekhawatiran bagi ahli kesehatan dunia. Hingga kini pun belum ditemukan vaksin yang cocok.
Kekhawatiran terhadap virus yang berasal dari nama sebuah kampung di Malaysia, Sungai Nipah, itu muncul, sebab virus nipah disebut memiliki tingkat kematian 75 persen.

“Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah. Karena dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara yang dekat dengan Malaysia,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto dikutip dari CNNIndonesia.com, Rabu (27/1).

Kendati demikian, Didik menegaskan hingga saat ini virus nipah belum pernah dilaporkan terindikasi di Indonesia. Meski pada 1999 virus tersebut menyerang negeri jiran, sehingga menyebabkan kematian pada ternak babi, dan juga manusia.

“Sampai saat ini kejadian infeksi virus nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia,” tegasnya.

Didik menjelaskan berdasarkan dari hasil penelitian yang sempat dilakukan pihaknya, dan potensi ancaman virus itu masuk ke tanah air. Ia pun mewanti-wanti agar seluruh pihak mawas soal asal mula penyebaran virus nipah melalui perdagangan hewan ternak.

Apalagi di tengah kondisi pandemi virus corona (Covid-19) ini, ia meminta seluruh pihak tetap bersama-sama mengencangkan sabuk untuk menghalau potensi terjadinya epidemi hingga pandemi baru di Indonesia.

“Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus Nipah melalui kelelawar atau melalui perdagangan babi yang ilegal dari Malaysia ke Indonesia,” ujarnya.

Terpisah, Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman menyebut virus nipah menular di satu populasi. Maka sebarannya bisa menghabiskan tiga perempat populasi itu. Sehingga, hal inilah yang menurut Dicky menjadi penyebab virus berada di daftar teratas virus yang diwaspadai menjadi pandemi berikutnya.

“Angka kematiannya bisa sampai 75 persen, yang membuat dia juga bisa menjadi pandemi lalu dia mudah dan cepat menular. Itu berarti tiga dari empat orang yang tertular bisa meninggal, itu tinggi sekali,” kata Dicky.

Selain itu, virus nipah harus diwaspadai dengan serius karena memiliki manifestasi klinis atau gejala klinis yang bervariasi. Ada yang bergejala sampai menyebabkan gangguan pernapasan hingga ensefalitis atau radang otak.

Kemudian hal yang tidak luput menjadi perhatian adalah kesiapan pemerintah dalam mempertebal sistem dan fasilitas kesehatan dalam negeri. Menurutnya, dengan virus nipah ini pemerintah harus siap dengan lonjakan kematian berkali lipat.

“Tentu kalau kita tidak siap sistem kesehatan kita akan lebih banyak kasus kematiannya. Karena bisa jadi double atau triple jumlah kematiannya,” ucapnya.

Virus Nipah menyebar pertama kali di Malaysia pada 1999. Diduga hampir 300 orang tertular virus itu dari kawanan babi yang terinfeksi. Babi itu diduga sakit karena terjangkit virus Nipah, setelah menyantap sisa buah yang dimakan oleh kelelawar dari famili Pteropodidae yang membawa virus itu.

Wabah itu berakhir setelah sekitar satu juta ekor babi dikorbankan. Namun, jumlah orang yang meninggal akibat terjangkit virus itu mencapai 109. Melihat potensi ancaman itu lagi, pada Maret 2020 lalu, Koalisi untuk Persiapan Epidemi (CEPI) mengucurkan anggaran US$25 juta untuk penelitian dan uji klinis vaksin virus Nipah terhadap manusia. (Sumber : detik.com)

Tags: IndonesiaMalaysiaVirus NipahWabah
Previous Post

Sejumlah Pemain Timnas Ikuti Kursus Pelatih Lisensi C

Next Post

6.560 Dosis Vaksin Sinovac Didistribusikan ke Batanghari dan Muarojambi

Next Post

6.560 Dosis Vaksin Sinovac Didistribusikan ke Batanghari dan Muarojambi

Polisi Ringkus Anggota Genk Motor Pelaku Pembacokan

Wawako Maulana Serahkan CSR Indomaret Berupa Laptop ke Siswa Berprestasi

Tes PCR di Labkesda Segera Beroperasi, Fasha : Pejabat Eselon III dan IV Akan di Swab

Kabid Bina Marga PUPR Provinsi Jambi Pimpin Diskusi Duplikasi Jembatan Aurduri I

Discussion about this post

Pencarian

No Result
View All Result

Indeks

Mei 2025
M S S R K J S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Apr    

KOLOM IKLAN

Cahaya Baru Masyarakat Jambi

© 2023 Sinar Jambi - Jalan Lingkar Selatan II, RT 28, Blok B-8, Kelurahan Lingkar Selatan, Kecamatan Paal Merah, Kota Jambi. Developed by Ara.

  • BERANDA
  • KODE ETIK
  • PEDOMAN
  • REDAKSI
  • PERLINDUNGAN
  • DISCLAIMER

Media Sosial

No Result
View All Result
  • BERITA
  • BISNIS
  • KRIMINAL
  • POLITIK
  • JAMBI KITA
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUAROJAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • OLAHRAGA
  • OPINI
  • RAGAM