SINARJAMBI.COM – Hari kedua Capacity Building, Forum Wartawan Ekonomi Bisnis (Forweb) Jambi bersama kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) provinsi Jambi mengunjungi Samsara Living Museum, Desa Jungutan, Kabupaten Karangasem, Bali, Selasa (7/10/2025) siang. Rombangan didampingi staf humas Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi yakni Rini dan Hemelia.
Dibutuhkan sekitar 3 jam perjalanan dari hotel Aston di Kuta tempat menginap. Setiba di lokasi, rombongan Forweb Jambi disambut secara adat oleh pengurus museum.
Sebelum memasuki kawasan museum seluas 2 hektar, diwajibkan menyucikan diri dengan membasuh telapak tangan. Plus, dipasangkan kain khas Bali di pinggang.
Ida Bagus Sisnawa selaku pengurus museum menjelaskan, museum ini sebuah inisiatif program sebagai permodelan pariwisata. Dirinya mengisahkan upaya komunitas warga sekitar untuk meningkatkan pendapatan.
Pasalnya, Karangasem yang berada di Bali Selatan tidak semakmur daerah Bali lainnya. Terlebih, terdapat gunung api aktif yakni gunung Agung. Di sinilah timbul inisiatif dan kreatifitas yang diinisiasi Gus Agung mengembangkan desa wisata yang ikonik yang menonjolkan keaslian Bali.
“Kita duduk sekarang cuma 9 kilometer dari puncak Gunung Agung. Kalau Gunung Agung meletus, ini kosong. Terakhir (meletus) di 2017. Jadi area Kami adalah area vulkanik disaster, sehingga kalau meletus kami harus keluar dari radius 12 kilometer.”
“Nah, dari tantangan ini kami bersama Pak Gus Agung juga pada saat ini mencoba untuk menemukan sebuah ide, problem solving atau pemecahan masalah yang kami sebut dengan destination branding,” jelas Ida Bagus Sisnawa.
Pengembangan konsep Samsara Living Museum, tambah Ida Bagus Sisnawa, dilakukan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Itu kenapa kawasan museum dan daerah Karangasem lainnya tidak banyak bangunan mewah dan modern.
“Kami pikir konsep yang terlalu jauh dengan kemampuan masyarakat tidak akan dilakukan oleh masyarakat. Dan ini adalah konsep yang relatif dekat dengan masyarakat.”
“Ketika ide terlalu tinggi, masyarakat tidak akan melakukannya. Karena kemampuan energinya tidak akan cukup untuk membuat model mewah ataupun membuat sebuah destinasi yang mewah. Sehingga kami ingin mendekatkan kemampuan masyarakat dengan potensi yang ada,” ujar Ida Bagus Sisnawa.
Samsara Living Museum ingin menciptakan image, bahwa jika orang datang ke Bali Timur akan menemukan sebuah tempat yang masih autentik.
“Jadi tidak dibuat-buat. Jadi seperti yang dilihat tadi, kami plang namanya kecil. Semuanya tidak ada iklan yang terlalu berlebihan, karena kami coba untuk menggaet wisatawan yang berkualitas. Kita harus mengangkat derajat diri sendiri. Karena bagi kami, kami harus percaya diri dengan apa yang kami punya.”
“Nah, kami di antara garis ekonomi sehingga harus ada alasan khusus orang datang ke sini. Kalau dia (pengunjung) tidak mengapresiasi, tidak akan sampai di tempat ini. Kalau kami sebutnya ini pojokan desa, sehingga orang-orang sekedar lewat tidak mungkin datang di sini,” jelasnya.
Rombongan Forweb Jambi selanjutnya diberikan penjelasan oleh Ida Bagus Sisnawa, terkait mesum yang berfokus pada edukasi dan pelestarian siklus kehidupan dan tradisi masyarakat Bali. (Rolan)








Discussion about this post